Waspadai Ciri-Ciri Hasad Berikut Ini

Ciri-ciri hasad

 

Oleh Saad Pangkep, Takmili

 

Tahukah Anda apa penyebab terjadinya dosa pembunuhan pertama kali di muka bumi? Apa pula yang melatari keengganan bangsa Yahudi untuk beriman kepada risalah Nabi Muhammad shallalahu alaihi wasallam? Jawabannya satu, hasad yang mengakar pada relung sanubari mereka. Hal ini tentu menuntut kita untuk mewaspadai ciri-ciri hasad agar dapat terhindar darinya.

Berbagai pembahasan telah banyak berbicara akan sifat satu ini. Semuanya berkesimpulan, bahwa hasad merupakan akhlak buruk yang harus dijauhi.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah pernah mengatakan:

مَا خَلا جَسَدٌ مِنْ حَسَدٍ لَكِن اللَّئِيم يُبْدِيهِ وَالكَرِيم يُخْفِيهِ

“Tiada satu jasad pun yang terlepas dari sifat hasad. Hanya saja orang yang mulia akan menyembunyikannya, adapun orang yang tercela akan menampakkannya.” (Amradhul Qulub wa Syifauha, 21)

 

Ciri-Ciri Hasad

Hasad ini memiliki beragam ciri-ciri. Maka penting bagi kita semua untuk mengetahuinya, agar penyakit satu ini tidak berkelanjutan dan tidak menjadi akut, di antaranya:

  1. Senang dengan kesalahan saudaranya.

Salah satu ciri-ciri hasad adalah seseorang senang dengan kesalahan saudaranya. Dia akan menganggap kealpaan kawannya sebagai celaan besar. Karena, menurut dia saudaranya merupakan saingan dalam hal popularitas. Sehingga ketika dia melakukan kesalahan, itu adalah sesuatu yang dapat mengangkat dirinya lebih tinggi dari saudaranya tadi.

 

  1. Senang jika saudaranya tidak hadir dalam suatu permasalahan ketika mereka berselisih.

Dia menganggap saudaranya sebagai rival baginya, maka ketika temannya absen dalam suatu permasalahan diskusi, tak ada yang membantah ucapannya. Dia merasa bahwa hal ini dapat mengangkat posisinya dari temannya.

  1. Senang dan lega jiwanya, jika saudaranya dicela atau dibicarakan aibnya.

Dia bahkan tidak melarang orang-orang untuk menghibahinya dan juga tidak membelanya. Maka tak dipungkiri lagi, ini adalah suatu keharaman.

 

  1. Melecehkan saudaranya, jika ada yang bertanya tentangnya.

Ketika ada yang bertanya tentang keadaan saudaranya, seakan-akan ini adalah kesempatan emas baginya untuk melejitkan pamor dari temannya tersebut. Ia akhirnya menjatuhkan dan merendahkan temannya.

  1. Merasa sempit ada yang bertanya kepada saudaranya tentang suatu perkara.

Ketika mereka berada di satu majelis, lalu temannya ditanya tentang sesuatu, niscaya bara hasad yang menyala pada dirinya akan menebarkan rasa sempit pada jiwanya, kemudian dia menampakkan ketidakterimaan atas hal itu dan menganggapnya sebagai musibah terbesar bagi dirinya.


Baca Juga: Bahaya Dendam dan Hasad, Pemicu Serta Obatnya


  1. Mengurangi faedah atau ilmu yang disampaikan oleh temannya.

Terkadang dia mencari jawaban dari suatu permasalahan yang mengganjal pikirannya, lembar demi lembar, buku demi buku, dan seterusnya dia telusuri namun hasilnya nihil.

Jika telah sampai berita bahwa saudaranya mengetahui perkara tersebut dia akan meremehkan faedahnya dan tidak menyebarkannya. Lain halnya jika orang lain yang mengetahuinya, dia akan memuji dan mendoakannya.

  1. Berupaya menyalahkan ucapan saudaranya dan membantahnya.

Dia berusaha keras mencari cacat ucapan saudaranya bahkan walaupun ucapannya dia sendiri yang salah, demi terobatinya rasa hasad dalam jiwanya. Atau terkadang dia berusaha memalingkan ucapan saudaranya dari maksudnya, dan menakwil-nakwil ucapannya ke arah yang salah. Tak kita ragukan lagi, ini merupakan penyakit yang harus kita buang sejauh-jauhnya.

 

  1. Enggan untuk mengakui kelebihan dan faedah ilmu dari saudaranya.

Seorang penyair bersenandung:

إِذَا أَفَادَكَ إِنْسَانٌ بِفَائِدَةٍ    مِنَ العُلُومِ فَأَدِمَنَّ شُكْرَهُ أَبَدًا

وَقُلْ فُلَان جَزَاهُ اللهُ صَالِحَةً    أَفَادَنِيهَا وَأَلْقِ الكِبرَ وَالحَسَدَا

Jika seseorang memberimu suatu faedah ilmu

Biasakan untuk berterima kasih padanya selalu

Katakan, “Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan

Yang telah memberiku faedah.” Lalu buang kesombongan dan hasad! (Dzail Thabaqatil Hanabilah)

Jangan ragu untuk mendoakan orang yang berbuat baik kepadamu. Berdoalah untuknya sembari mengakui kelebihannya, katakan ‘Fulan yang menunjukiku atas faedah yang telah lama aku cari’. Para ulama menyebutkan bahwa di antara sebab keberkahan ilmu adalah dengan menyandarkan faedah ke pemiliknya.

 

Solusi

Selain mengetahui ciri-ciri hasad, kita juga harus mengetahui solusi bagi orang yang terjangkiti penyakit hasad? Di sini ada beberapa obat untuk mengobatinya.

  1. Mendoakannya jika dia sedang tidak ada.

Nabi bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Tidaklah seorang muslim mendoakan kebaikan kepada saudaranya ketika dia sedang tidak berada di sisinya, kecuali malaikat akan mengatakan kepadanya, ‘Dan bagimu semisal itu.’” (HR. Muslim)

(HR. Muslim dari Shahabat Abu Darda)

 

  1. Berupaya mencintai dan menanyai keadaannya.

Jika hal ini sulit baginya, maka hendaklah ia mengingat firman Allah:

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

“Balaslah dengan yang lebih baik, maka jika ada permusuhan antara engkau dan dia seakan-akan dia teman setia.” (QS. Fussilat: 34)

 

  1. Mengunjungi dan menampakkan keutamaannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا»

“Barang siapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya di jalan Allah, akan ada yang menyeru, ‘Kesejahteraan dilimpahkan atasmu dan langkahmu, telah disediakan bagimu sebuah rumah di surga.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. lihat Shahih Al-Jami’ no. 6387)

  1. Tidak rela dan rida bila ada yang menghibahi saudaranya dan mencelanya.

Bisa jadi dengan dia menyebut dan memuji perbuatannya, semakin menambah rasa cintanya kepadanya.

 

  1. Meminta arahan dan nasehatnya.

Ibnu Abbas mengatakan: “Tiga golongan yang tidak dibalas kecuali dengan doa. Seseorang yang aku mengunjunginya pada suatu majelis lalu ia menyambutku sembari tersenyum dan bersuka hati, seorang yang melapangkan majelis untukku dan seorang yang bila terjadi sesuatu padaku dia memberiku arahan. Maka merekalah itulah yang tidaklah aku membalasnya kecuali dengan doa.

Hal ini bisa menimbulkan rasa cinta dan penerimaan di hatinya, dan ia akan merasa bahwa tidaklah engkau datang kepadanya kecuali karena kepercayaan dan cintamu padanya. Tak dipungkiri bahwa hal ini dapat memupus permusuhan. Dan ini tidaklah mudah kecuali bagi yang Allah mudahkan.

  1. Mendahulukan saudaranya.

Jika hal itu berdampak positif baginya selama tidak memudaratkan agamanya. Dan apabila dia salah, hendaklah dia memberitahu lalu membenarkannya.


Artikel Kami: Hasad Menurut Kacamata Islam


Teladan Salaf dalam Meninggalkan Hasad

Menilik sisi-sisi kehidupan salaf, akan meninggalkan decak kagum dari perjalanan mereka yang memukau, di antaranya dalam hal membuang jauh-jauh sifat satu ini.

Umar bin Khaththab radhiallahu anhu -dengan tingginya kedudukan beliau, pernah bertanya kepada Ali radhiallahu anhu tentang apa yang menjadi problem baginya.

Lihatlah seorang Umar radhiallahu anhu, beliau meninggalkan rasa ujub dan gengsi, lebih memilih untuk bersikap tawadu dan bertanya serta peduli kepada yang di bawahnya.

 

Menengok potret Ibnu Taimiah rahimahullah. Diceritakan bahwa beliau pernah bersilang pendapat dengan beberapa ulama di berbagai diskusi-diskusi dalam waktu panjang, yang akhirnya menghasilkan beberapa karya.

Suatu ketika ada yang mengabari beliau tentang kematian salah satu dari ulama tersebut, seolah dia sedang memberi kabar gembira kepada beliau tentang kematian musuh dan rivalnya. Namun justru beliau memandang dengan pandangan seorang alim yang bertakwa lagi wara, beliau pun menghardiknya, seraya mengatakan “Engkau memberiku kabar gembira dengan kematian seorang muslim. Ini merupakan perkara yang tidak Allah ridai, dan tidak diridai pula oleh orang yang terdapat pada dirinya rasa cinta kepada Islam dan kaum muslimin.”

Beliau lalu pergi ke rumah duka dan memberi salam kepada anak-anaknya kemudian mengatakan, “Anggap aku sebagai bapak bagi kalian.” Yaitu karena antara aku dengan bapak kalian terjalin ketulusan cinta. Beliau pun mendoakannya dengan kebaikan.

Demikianlah dua teladan indah dari banyak cerita kaum salaf.

 

Renungan

Sebuah renungan dari ucapan ahli hikmah ternama, beliau adalah Hatim al-Asham, ucapan beliau terabadikan dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’:

“Aku memerhatikan semua manusia, sebagian ada yang kucintai sebagiannya lagi kubenci. Namun ternyata orang yang kucintai tidak dapat memberiku sesuatu (karena Allahlah yang Maha memberi -pent). Dan yang aku benci sebenarnya tidak memudaratiku.

Akhirnya aku pun bertanya (dalam diri): Lalu dari mana datangnya (kebencian itu)? Ternyata itu semua timbul karena sifat hasad, maka aku pun membuangnya dan mencintai semua saudaraku. Apa yang tidak kusukai, tidak kusukai pula bagi mereka semua.” (Siyar A’lamin Nubala, 11/486)

Semoga dengan ini Allah memudahkan kita untuk berhias dengan sifat tawadu dan menjauhkan benih-benih hasad dari diri kita

اللَهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلَاقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَدْوَاءِ

Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan akhlak, amalan serta penyakit hasad. Semoga bermanfaat.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.