Bimbingan dalam Menghadapi Kesulitan
Oleh Abu Muhammad Ilyas Tulungagung 4B Takhasus
Pembaca rahimakumullah…
Perjalanan hidup manusia bak sebuah roda yang berputar, terkadang berada di atas terkadang pula berada di bawah. Terkadang mendapatkan berbagai kemudahan tetapi tak jarang pula ditimpa berbagai kesulitan. Itulah ketapan dari Allah atas hamba-Nya.
Allah berfirman,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (al-Balad: 4)
Ibnu Abbas menafsirkan al-Kabad sebagai “kesusahan dan kesengsaraan.”
Hal ini ditambah dengan sikap manusia yang suka mengeluh tatkala kesulitan dan kejelakan menimpanya. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan suka mengeluh. Apabila ditimpa kejelekan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. al-Ma’arij: 19-21)
Pembaca, manusia itu berbeda-beda dalam menghadapi berbagai macam kesulitan dan musibah yang menimpanya. Sebagian mereka ada yang putus asa dalam menghadapinya dan tak jarang dari mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya. Ada pula yang acuh dengan masalah yang sedang ia hadapi sehingga menjadikan masalah tersebut semakin bertumpuk. Ada pula dari mereka yang salah dalam menyelesaikan masalahnya seperti mendatangi dukun. Ia menganggap dapat menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Padahal hakikatnya perbuatan tersebut adalah kesyirikan yang membinasakan.
Lalu bagaimana sikap yang benar dalam menghadapi musibah dan kesulitan yang menimpa seseorang. Simak ulasan berikut ini. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkannya. Amiin.
Setiap Musibah itu dari Allah, dari-Nya pula Jalan Keluar
Islam sebagai agama yang sempurna membimbing umatnya untuk menghadapi problem serta musibah yang sedang dihadapinya. Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa tidak ada yang dapat mendatangkan suatu kebaikan ataupun menghilangkan kesulitan kecuali Allah. Allah ta’ala berfirman,
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير
“Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” [QS. al-An’am: 17]
Dengan keyakinan ini, seorang hamba akan menyandarkan semua urusanya kepada Allah ta’ala. Kesulitan yang ia hadapi terasa ringan karena ia yakin bahwa Allah akan menolongnya. Setelah seorang hamba menyadari bahwa bahwa tidak ada yang dapat mendatangkan suatu kebaikan ataupun menghilangkan kesulitan maupun musibah kecuali Allah ta’ala, maka ia akan memohon kepada-Nya saat kesulitan menimpanya.
Diantara doa yang Rasulullah ajarkan kepada umatnya adalah
«دَعْوَاتُ الْمَكْرُوبِ: اللَّهُمَّ! رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَينٍ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، لا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ»
“Doa orang yang ditimpa kesulitan, “Wahai Rabbku aku mengharap rahmat-Mu, jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku sekejap matapun, perbaikilah segala urusanku, tiada Rabb yang berhak diibadahi melainkan Engkau.”
Di Balik Setiap Kesulitan Pasti Ada Kemudahan
Islam juga mengajarkan bahwa sesulit apapun permasalahan menimpa seorang hamba, pasti ada kemudahan akan yang mengiringinya. Allah ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6
“Sesunggunya bersama kesulitan pasti ada kemudahan, bersama kesulitan pasti ada kemudahan.” (QS. asy-Syarh: 5-6)
Rasulullah juga bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يَسِّرَا
“Ketahuilah bahwa pertolongan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan bersama kesusahan pasti ada kemudahan.”
Bertawakal dengan Menempuh Sebab
Apabila kesulitan semakin menghimpit, kemudian ia berusaha menempuh sebab sekuat tenaga, kemudian ia menggantungkan kalbunya kepada Allah semata, maka inilah yang disebut hakikat dari tawakal yang merupakan sebab terbesar dikabulkanya permohonan seorang hamba. Karena Allah akan mencukupi orang-orang yang bertawakal kepadanya. Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُه
“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, nicaya Dia akan mencukupinya.” [QS. ath-Thalaq: 3][1]
Ujian itu Sesuai Batas Kemampuan
Islam juga mengajarkan bahwa sesulit apapun problem yang menimpa seorang hamba pasti tidak akan melebihi batas kemampuan hamba tersebut. Allah ta’ala berfirman,
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Allah tidak membebani hambanya kecuali sesuai dengan kesanggupanya,dan Allah akan memberikan kemudahan setelah datangnya kesulitan.”
Berkata Imam as-Sa’di dalam tafsirnya, “Yang demikian ini sesuai dengan hikmah dan kasih sayang Allah. Tatkala Allah menjadikan segala sesuatu (kebaikan dan ujian) sesuai dengan kadarnya. Allah juga yang memberikan kemudahan bagi orang yang ditimpa kesusahan dan Dia tidak membebani seseorang kecuali dengan kesanggupanya.”
Takwa Solusi Segalanya
Islam juga mengajarkan umatnya untuk terus meningkatkan ketakwaan terlebih dalam kondisi yang sulit yang menghimpitnya. Karena ketakwaan akan mendatangkan jalan keluar dan akan mendatangkan rezeki. Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. ath- Thalaq 2-3)
Berkata Imam Ibnu katsir dalam tafsirnya, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah atas perkara yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Dia larang, Allah akan menjadikan segala urusanya jalan keluar dan Dia akan memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
Kepedulian dan Sikap Saling Membantu Saat Kesulitan
Islam juga menganjurkan untuk saling membantu saudaranya sesama muslim. Sebab, barangsiapa yang meringankan kesulitan saudaranya niscaya Allah juga akan meringankan kesulitannya. Rasulullah bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin niscaya Allah akan meringankan kesusahanya pada Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan kesulitan seorang mukmin niscaya Allah akan memudahkan urusanya di dunia dan akhirat.”
Kesulitan adalah Penghapus Kesalahan
Islam juga mengajarkan bahwa tidaklah seorang muslim ditimpa kesulitan maupun musibah melainkan menjadi penghapus dosanya. Rasulullah bersabda,
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه
“Tidaklah seorang muslim ditimpa kesusahan, rasa sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan, duka cita sampaipun duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya.” (HR. al-Bukhari no. 5641)
Demikianlah sikap yang benar dalam menghadapi musibah dan kesulitan yang menimpa seseorang. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkannya. Semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan memberikan solusi atas musibah dan kesulitan yang kita hadapi. Amiin.
[1] Jami’ Ulum wal Hikam hlm. 372.