Bunda, maafkan ananda!

 

Oleh Muawiyah Ciamis Takmili

 

Ibunda tercinta, hati ananda terasa terombang-ambing oleh rasa bersalah yang tak bertepian. Gelombang dan arus perasaan dosa membuat ananda terpuruk dalam pusaran sesal disertai kisaran-kisaran angin kesedihan. Jiwa ananda bagai remuk redam.

Bagaimana tidak demikian perasaan ananda? Sementara di hadapan ananda termaktub sebuah rangkaian sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membuat ananda tergetar kencang.

 

Perintah untuk berbakti dalam al-Qur’an

Ibunda memang orang hebat, sungguh benar Allah ‘Azza wa Jalla di dalam firman-Nya,

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

 

Hak ibunda digandengkan setelah hak Allah, karena itu, pantas saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan tuk berbakti kepada ibunda dengan tiga kali perintah yang berturut-turut, karena besarnya hak ibunda.

 

Hadis tentang ancaman durhaka kepada kedua orang tua

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahuanhu,

رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ»، قِيلَ: مَنْ؟ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ: «مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ

“Celakalah dia! Celakalah dia! Celakalah dia!” Ada sahabat yang bertanya, “Siapakah yang anda maksudkan wahai Rasulullah?” Beliau menjelaskan, “Seorang yang masih berkesempatan untuk menemui kedua orang tuanya, ketika telah lanjut usia, atau salah seorang dari mereka, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan dirinya masuk surga.” (HR. Muslim)

Astaghfirullahal ‘azhim!! Semoga ananda tidak termasuk dalam golongan manusia yang disebutkan dengan kejelekan oleh Rasulullah shallallahualihi wa sallam.

Di dalam hadits di atas, ananda bertekad untuk masuk surga dengan menjadi anak yang berbakti selagi kesempatan masih tersisa.

 

Di antara faedah hadits

Nabi Muhammad shallallahualaihi wa sallam secara khusus menerangkan bakti anak kepada orang tuanya pada saat telah lanjut usia. Karena umumnya, semakin bertambah lanjut usia orang tua, maka akan semakin berkurang pula perhatian seorang anak untuk mereka.

Ibunda, jika ananda mencoba untuk membayangkan betapa susahnya dan sakitnya hari-hari bunda saat mengandung dalam masa sembilan bulan lebih, terasa sekali jika ananda belum bisa membalas perjuangan ibunda walaupun setitik. Apalagi jika ananda membayangkan pengorbanan ibunda tatkala mempertaruhkan nyawa agar ananda terlahir di dunia fana ini.

 

Sungguh luar biasa pengorbanan ibunda!

Ananda tidak mampu membayangkan kesabaran dan ketabahan ibunda selama dua tahun untuk menggendong dan menyusui ananda, setiap saat dan setiap waktu, anada selalu merepotkan ibunda dengan tangisan dan rengekan. Malam-malam ibunda selalu terusik oleh tangisan ananda yang memecah kesunyian malam. Belum lagi sepanjang siang yang membuat ibunda tak mampu tenang beristirahat karena kenakalan ananda.

Terakhir, kututup dengan doa:

رب اغفرلي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا

“Wahai Rabbku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, rahmatilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku ketika kecil.”

ربنا ارحمنا وأستاذتنا وأصدقاءنا والناصحين على الحق يا رب العالمين…

“Wahai Rabb kami, rahmatilah kami, guru-guru kami, teman-teman kami, dan para pemberi nasihat kepada kebenaran…”

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.