Haru, Tim Maqshaf Santri Tulus Melayani

TIm maqshaf santri

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Terlihat dua anak kecil sedang berdiri di pintu belakang maqshaf, pandangan mereka melongok-longok ke dalam seolah sedang menunggu sesuatu. Tak lama kemudian datanglah seseorang yang dinanti-nanti oleh dua anak tadi. Sebut saja namanya Ilham (bukan nama asli), salah satu tim maqshaf yang masih berstatus sebagai santri kelas 4 Takhasus. Segera salah satu dari dua anak itu berujar:

“Ami.. titiiip..”

“Iya, bentar..” Ilham malah berbelok pergi ke kamar mandi khusus tim maqshaf. Sejenak, ia kembali, “Mau titip apa?”

“Aku keripik yang 500-an..” ucap Muhammad, sambil menyerahkan uang 2000 yang ia bawa.

“Kalau kamu apa?” tanya Ilham kepada anak satunya.

“Jajan Go Potato 2.” Nama anak ini Abdullah.

“Yang bungkusnya warna kuning ya?” tanya Ilham kepadanya.

Abdullah pun lantas menganggukkan kepalanya seraya menyerahkan uang 1.000 rupiah yang ia pegang. Sejurus kemudian, Ilham sudah masuk ke dalam maqshaf untuk membelikan titipan mereka.

Tim maqshaf santri

Gedung Maqshaf PP. Minhajul Atsar Tampak Belakang

Kilas Balik

Selama pandemi, maqshaf di pondok pesantren kami membagi waktu belanja menjadi dua. Waktu untuk ikhwan dan asatidzah (pengajar) adalah dari pukul 07.00 WIB hingga menjelang zuhur. Adapun waktu santri, mereka mendapat jatah lebih banyak. Yaitu: 12.30-13.15, 16.00-16.45 dan 19.45-21.00.

Para ikhwan dan asatidzah tidak boleh masuk ke maqshaf saat jadwal belanja para santri, begitu pula sebaliknya. Itu semua adalah dalam rangka upaya memutus dan mengurangi rantai penyebaran virus Covid-19.

Walaupun demikian, masih ada beberapa keringanan. Seperti, jika ada yang memiliki kebutuhan belanja di luar jadwalnya dari ikhwan atau anak-anak selain santri, maka mereka boleh menitip kepada petugas tim maqshaf tanpa perlu masuk ke dalamnya.

***

 

Setelah men-transaksikan belanjaannya, dengan segera Ilham kembali menuju kedua anak tadi. Mereka pun terlihat senang ketika berhasil mendapatkan titipannya. Sore itu, para santri yang berbelanja tidak seramai biasanya.

Maqshaf kami dilengkapi dengan 2 meja kasir untuk transaksi. Saat sore hari, semua kasir aktif. Tidak seperti di waktu siang, cukup 1 kasir saja sudah mampu menangani para pembeli yang tidak seramai sore hari.

Juga ada momen-momen tertentu yang membuat maqshaf tampak ramai dan penuh, seperti di hari Jumat. Panjangnya antrian santri layaknya gerbong kereta api. Sangat penuh dan ramai.


Baca Juga: Maqshaf, Bukan Sekedar Tempat Belanja Biasa


Bisa Karena Biasa

Baru selesai melayani titipan dua anak tadi, salah seorang ustaz menghampirinya yang masih berdiri di pintu belakang maqshaf. Sang ustaz menyerahkan daftar belanjaannya di secarik kertas seraya menyerahkan uangnya kepada Ilham.

Susunan huruf pada kertas memberikan pesan yang berbunyi:

  1. Tepung protein sedang (segitiga).
  2. Telur ¼ Kg.
  3. Panili
  4. Baking soda.
  5. Mentega 200 gr.
  6. Coklat bubuk 45 gr.

Tak butuh waktu lama untuk mencarinya, dengan sigap ia bisa mendapatkan barang yang dititipkan dengan mudah. Maklum saja, setiap sore dia biasa keliling-keliling maqshaf untuk membantu membelikan barang titipan yang datang kepadanya. Ya, dengan kebiasaan, semua itu akan terasa mudah, biidznillah.

 

Giat Ta’awun Penuh Semangat

Di pintu belakang maqshaf pula, terlihat petugas tim maqshaf santri lainnya yang sedang asik mengisi bensin dari drum besar ke jerigen ukuran 1 liter, ia merupakan santri asal Sidoarjo yang kini menduduki kelas 4 Takhasus.

Tak jauh dari situ pula, ada tiga orang petugas lainnya dari kelas 3 Takhasus yang kompak sedang mengangkat tabung gas elpiji. Mereka mengamankan gas-gas yang baru datang. Biasanya gas elpiji memang tidak langsung masuk ke dalam maqshaf karena jumlahnya yang banyak dan cukup berat. Sehingga harus transit terlebih dahulu di belakang maqshaf sebelum masuk ke dalam.

Supaya lebih ringan dan cepat, mereka melakukannya dengan cara estafet. Mulai dari gas elpiji yang berukuran kecil (5 kg), sedang (12 kg), hingga yang berukuran besar (25 kg).

Petugas yang dipilih untuk mengangkat gas elpiji adalah yang punya badan kekar dan kuat. Mereka adalah santri yang terlatih. Hal ini termasuk bagian dari menempatkan seseorang pada bidang yang ia mampu, tidak asal-asalan di dalam membagi tugas, namun semuanya harus diperhitungkan.

Tim maqshaf santri

Salah Satu Sudut Rak di Maqshaf PP. Minhajul Atsar

Setelah selesai bertugas, mereka bertiga dan petugas bensin pun kembali melanjutkan aktivitas pribadinya. Sementara Ilham masih menunggu, barangkali masih ada ikhwan atau anak-anak yang ingin menitip.

“Sepi ya.. Nggak kaya biasanya.. Alhamdulillah, lumayanlah untuk istirahat. Habis menasmi’ ujian al-Qur’an Tahfizh..” Ujarnya, hari itu memang bertepatan dengan ujian hifzhul Qur’an untuk jenjang Tahfizh.

Sambil menunggu di pintu belakang Maqshaf, tampak di kejauhan sana gerombolan anak-anak yang sedang asyik dengan keseruan mereka. Rupa-rupanya mereka adalah anak-anak MTP (setingkat SD) yang sedang bermain kelereng. Sepertinya saat ini kelereng adalah permainan yang sedang musim paling banyak digemari.


Artikel Kami: Bolehkah Jual Beli Emas Online?


Hiburan Saat Ta’awun

Ilham pun teringat dengan masa sebelum pandemi. Ia teringat momen-momen seru dan indah ketika melihat wajah-wajah periang dari bocah-bocah itu ketika mereka masih bisa bermain di dalam area ma’had.

Walaupun mereka sekarang tetap bisa belajar di kavelingan setiap harinya, tetapi Ilham benar-benar rindu dengan keadaan normal (sebelum masa pandemi). Di mana petugas maqshaf seluruhnya adalah ikhwan, sedangkan santri Takhasus kelas 4 menjadi musyrif MTP.

 

Ya, sudah dua angkatan kelas 4 yang tidak menjadi musyrif MTP. Termasuk angkatannya Ilham saat ini. Hanya bersabar dan terus berdoa yang bisa ia lakukan. Semoga virus Covid ini segera Allah angkat dari negeri Indonesia dan negeri-negeri kaum muslimin. Amin..

Walaupun tidak bisa merasakan pengalaman menjadi musyrif MTP, tetapi alhamdulillah kelas 4 pada tahun lalu maupun yang sekarang masih dimudahkan untuk bisa belajar dan menjadi musammi’ hafalan al-Qur’an para santri yang mondok di berbagai jenjang yang ada.

Apalagi sekarang mereka bisa ber-ta’awun dengan para asatidzah di ma’had ini dalam meringankan beban pondok pesantren ini. Mulai dari ta’awun di Tim Kantor Takhasus, Tim Dapur, Tim Maqshaf, Tim RO, Tim Transkrip, Tim editor, Tim Desain Stiker Dakwah, Tim Pengingat Waktu Salat, dsb.

Indah rasanya ketika dimudahkan untuk memanen pahala di ladang yang subur ini. Penuh dengan nuansa belajar yang diselingi dengan ta’awun. Alhamdulillah.

 

Penutup

Semoga Allah senantiasa menjaga asatidzah, para ikhwan beserta keluarga mereka, dan para santri serta pondok pesantren yang mereka tinggal di dalamnya ini dari segala kejelekan, baik yang lahir maupun yang batin. Amin.

 

Penulis: Abu Khalid Haidar Surakarta, Takhasus

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.