Kami kehilangan Ramadhan
Oleh Muadz Buthon Takhasus
Betapa cepatnya waktu berjalan, hingga tak terasa bulan Ramadhan telah berlalu meninggalkan kaum muslimin. Tentu seorang muslim sejati merasa sedih ketika bulan tersebut berpaling darinya. Karena bukan suatu perkara yang samar bagi kita, bahkan setiap individu muslim atas apa yang ada pada bulan tersebut, berupa kebaikan, berkah, dan keutamaan yang tak terhingga.
Merasa kehilangan atas kepergian bulan Ramadhan
Cukuplah keutamaan diturunkanya al-Quran di bulan tersebut pada malam lailatul qadar membuat kita bersedih atas berlalunya bulan suci Ramadhan, sekaligus menjadikan kita selalu rindu akan kedatanganya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakan,
شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس و بينات من الهدى والفرقان
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan padanya al-Quran sebagai pedoman bagi umat manusia dan penjelasa-penjelasan mengenai petunjuk itu, serta pembeda (antara al-haq dan al-batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
إنا أنزلناه في ليلة القدرٍO وما أدراك ما ليلة القدرO ليلة القدر خير من ألف شهر
“Sesungguhnya kami menurunkanya (al quran) di malam lailatul qadar. Tiadakkah kamu tahu apa itu malam lailatul qadar. Yaitu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan.” (Al-Qadr: 1-3)
Mengintrospeksi diri atas kepergian bulan Ramadhan
Sembari kita bersedih dengan berlalunya bulan Ramadhan dan keutamaan yang ada padanya, sudah sepatutnya bagi kita sebagai seorang muslim untuk mengintrospeksi diri. Apa yang telah kita persembahkan di bulan Ramadhan; apakah kebaikan atau sebaliknya, kejelekan dan keburukan yang kita lakukan pada bulan tersebut. Maka barang siapa yang mempersembahkan kebaikan, hendaknya ia bersyukur dan memuji Allah Ta’ala, sebab itu semata-mata pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
لا حول و لا قوة إلا بالله
“Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.”
وما بكم من نعمة فمن الله
“Dan apa yang ada pada kalian berupa kenikmatan maka itu bersumber dari Allah” (QS. An-Nahl: 53)
Menengok sikap Salaf atas kepergian bulan Ramadhan
Tidak diragukan lagi bahwa salaf merupakan manusia yang paling baik dalam hal keilmuan dan amalan, sehingga mereka pantas menyandang gelar “khairul qurun” (sebaik-baik masa). Mereka adalah manusia yang selalu memperbanyak amalan ketaatan kepada Allah Ta’ala, terlebih ketika mereka mendapati bulan Ramadhan.
Disebutkan bahwa dahulu para salaf memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah Ta’ala, Karena khawatir amalan-amalan yang mereka kerjakan di bulan Ramadhan tidak diterima. Hal itu kemudian membuat mereka selalu bersemangat dalam beramal di bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainya, sampai-sampai disebutkan dalam suatu riwayat,
ويدعون الله ستة أشهر أن يتقبل منهم شهر رمضان أنهم كانوا يدعون الله ستة أشهر ان يبلغهم شهر رمضان فإذا بلغهم إياه صاموا و قامو باليل
“Bahwa mereka berdoa kepada Allah azza wa jalla enam bulan sebelumnya (sebelum kedatangan bulan Ramadhan), agar Allah menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan. Ketika Allah telah menyampaikan mereka pada bulan tersebut maka mereka berpuasa dan menghidupkan malamnya. Mereka berdoa kembali kepada Allah enam bulan setelahnya (setelah berlalunya bulan Ramadhan), supaya amalan-amalan mereka di bulan Ramadhan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala”
Penutup
Demikianlah semangat salaf yang tak henti-hentiya dalam beramal dengan amalan-amalan kebajikan. Semoga Allah Ta’ala memberi kita taufik, untuk mengikuti dan meneladani sepak terjang mereka dalam agama ini. Semoga nasihat ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.