Memahami makna kalimat tauhid

Oleh Abu Muqbil Bilal Karanganyar 1A Takhasus
Alhamdulillah, segala puji dan sanjungan hanya untuk Allah Ta’ala semata. Sholawat serta salam somaga tercurahkan atas Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga beserta para shobatnya.
Pada kesempatan kali ini, akan kami sebutkan makna dari sebuah kalimat yang agung lagi mulia, kalimat yang dengannya diutuslah para rasul. Yaitu kalimat tauhid;لا إله إلّا الله (Tiada tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah).
Di hari-hari ini banyak dari kaum muslimin melantunkan dan mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah, namun sangat disayangkan, mayoritas mereka tidak mengetahui isi dan kandungan makna kalimat tauhid tersebut. Bahkan kejahilan akan makna kalimat yang agung ini, tak hanya pada orang yang baru mengenal ajaran Islam, akan tetapi mereka yang telah terjun di dalam dunia dakwah, pun demikian keadaannya.
Jauhnya mereka dari ilmu agama
Keadaan ini sangat memprihatinkan. Kondisi ini menunjukkan betapa jauhnya mereka dari ilmu dan tholabul ilmi (menuntut ilmu agama). Dari sini dapat kita ketahui betapa pentingnya belajar ilmu agama, agar diri kita selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
Insya Allah di sini akan sedikit kami dipaparkan penjelasan tentang makna kalimat yang agung ini, yang kami ulas dari kalam (perkataan) ulama masa kini. Yaitu asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’di rahimahullah. Beliau berkata:
“Hakikat tafsir tauhid adalah mengilmui serta mengakui keesaan Allah Ta’ala pada seluruh sifat-sifatNya yang sempurna dan memurnikan ibadah hanya untukNya.”
Kemudian beliau melanjutkan:
“Dan perkara ini mengerucut kepada dua perkara: Yang pertama: Meniadakan seluruh peribatan utnuk selain Allah Ta’ala. Yaitu dengan cara seseorang mengetahui serta meyakini bahwa tidak ada satupun makhluk yang berhak diibadahi dan diberi peribadatan walau hanya sedikit.
Sama saja apakah ia itu seorang nabi yang diutus, atau seorang malaikat yang Allah dekatkan denganNya, ataupun yang selain dari keduanya. Karena tidak ada satupun makhlukpun yang memiliki hak dalam perkara ini (peribadatan).
Yang kedua: Menetapkan peribadatan hanya untuk Allah Ta’ala semata dan tidak ada sekutu baginya. Serta mengesakan Allah pada makna-makna yang sempurna. Namun tidak cukup sampai di sini saja, hingga seorang hamba merealisasikan apa yang ia yakini itu dengan memurnikan agama ini untuk Allah Ta’ala dan menjalankan Islam, iman, dan ihsan.
Serta melaksanakan ha-hak Allah Ta’ala dan juga melaksanakan hak para hambaNya dengan mengharap wajah Allah serta meraih keridhaan dan pahalanNya.”
Inilah uraian ringkas tentang makna kalimat yang agung ini. Semoga kita bisa memahami dan merealisasikannya makna kallimat yang mulia ini dngan tapat dan benar.
(diambil dari kitab al-Qoulus sadid bi syarhi kitabit tauhid karaya sayaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’idi rahimahullah)