Perhatikan shalat kita
Oleh Bilal Karanganyar Takhasus 1A
Wahai saudaraku, shalat merupakan amalan penting dalam agama Islam. Termasuk rukun islam yang kedua dan amalan yang pertama kali dihitung pada hari kiamat. Maka seyogyanya bagi kita untuk lebih memperhatikan amalan yang mulia ini. Mari kita lihat nasehat para ulama rahimahumullah tentang shalat,
اَلصَّلَاةُ مُنَاجَاةُ اللهِ تَعَالَى، فَكَيْفَ تَكُونُ مَعَ الْغَفْلَةِ! وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّهُ لَيْسَ لِلْعَبْدِ إِلَّا مَا عَقَلَ مِنْهَا، لِقَوْلِهِ تَعَالَى:
“Shalat merupakan munajah (suatu cara seorang hamba untuk berhubungan dengan Rabbnya), maka bagaimana seorang hamba menghadap kepada Rabbnya dalam keadaan lalai? Sungguh para ulama bersepakat bahwa tidaklah ada pahala bagi seorang hamba, kecuali apa yang dia pahami. Di antaranya karena perkataan Allah Ta’ala,
وَأقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Dan dirikanlah shalat itu untuk mengingatku.” (QS. Thaha: 14)
Dan perkataan-Nya,
وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 205)
Di dalam hadits marfu’ (hadits yang sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasai, dan Ibnu Hibban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّيَ الصَّلَاةَ لَا يُكْتَبُ لَهُ، عُشْرُهَا وَلَا سُدُسُهَا
“Sesungguhnya seorang hamba yang shalat itu kadang-kadang shalatnya diterima sepersepuluh atau seperenam.”
فَالصَّلَاةُ إِنَّمَا فُرِضَتْ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي قَلْبِ الْمُصَلِّي تَعْظِيمٌ وَهَيْبَةٌ لَهُ نَقَصَتْ قِيمَةُ الصَّلَاةِ. وَحُضُورُ الْقَلْبِ هُوَ تَفْرِيغُهُ مِنْ كُلِّ مَا هُوَ مُلَابِسٌ لَهُ، فَيَقْتَرِنُ إِذْ ذَلِكَ الْعِلْمُ وَالْعَمَلُ، وَلَا يَجْرِي الْفِكْرُ فِي غَيْرِهِمَا. وَغَفْلَةُ الْقَلْبِ فِي الصَّلَاةِ عَنْ المُنَاجَاةِ مَالَهَا سَبَبٌ إِلَّا الْخَوَاطِرُ النَّاشِئَةُ عَنْ حُبِّ الدُّنْيَا.
“Sesungguhnya shalat itu diwajibkan agar ingat kepada Allah Ta’ala. Jika hati orang yang shalat itu tidak mengagungkan Allah dan tidak mencintai-Nya, maka berkuranglah nilai shalatnya. Hadirnya hati akan menyisihkan hal-hal yang mengganggu ketika shalat. Maka, di sini dibutuhkan ilmu dan amal. Pikiran tidak diarahkan pada selain keduanya (hanya digunakan untuk mencari ilmu dan beramal). Lalainya hati ketika shalat dalam bermunajah itu menunjukkan adanya rasa kekhawatiran (takut kehilangan) perkara-perkara dunia/cinta dunia.”
Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian. Mudah-mudahan Allah memperbaiki dan menerima amalan shalat kita semua, amin.
Sumber: Taisir al-‘Alaam syarh Umdatul Ahkam, kitabus shalat, hadits 51.