Semangat dalam menempuh sebab keselamatan
Oleh Nur Fatah Yasin Takmili
Setahun terakhir ini terjadi sebuah peristiwa besar. Karenanya, seluruh dunia dibuat kewalahan yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut. Khususnya di Indonesia, seluruh warga Indonesia sangat terganggu dalam setiap aktivitas kesehariannya, tidak sebagaimana sebelum terjadinya peristiwa tersebut.
Virus corona namanya, sebuah penyakit yang belum ditemukan penawarnya. Karena penyakit ini, populasi manusia di dunia mulia turun. Tidak muda, tidak juga yang tua, diserang oleh penyakit tersebut.
Protokol kesehatan, di antara sebab terhindar dari virus corona
Penyakit menular mematikan yang bisa menyerang siapa saja, meskipun tidak ditemukan obatnya tapi ditemukan cara-cara dan langkah-langkah dalam mencegahnya. Seperti mencuci tangan setiap selesai aktivitas, menjaga jarak, dan memakai masker, serta banyak yang lainnya.
Bagi setiap orang yang pergi atau datang dari luar kota, salah satu peraturan dari pemerintah Indonesia adalah mengimbau rakyatnya yang datang dari luar kota untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.
Kami menyebutnya sebagai karantina. Ya, itulah yang sedang aku jalani sekarang sampai 5 hari ke depan. Di sebuah pondok salafy bernama Darul Ilmi Lumajang, tempat yang aku akan belajar agama di dalamnya insyaAllah.
Tujuan karantina mandiri
Tujuan dari karantina sendiri adalah agar benar-benar mensterilkan kita dari penyakit tersebut. Dan demi memutus rantai penularan Covid-19 di lingkungan pesantren. InsyaAllah, tujuan dari itu semua adalah untuk kebaikan kita semua.
Tidak lain hanya berbekal tekad yang kuat dan semangat yang tinggi dalam setiap waktunya, agar hasilnya diridhai Allah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ
“Bersemangatlah terhadap yang bermanfaat untukmu, mintalah tolonglah kepada Allah, dan jangan lemah!” (HR. Muslim no. 2664)
Penutup
Semoga yang sedikit ini dapat mejadi pemberat timbangan di hari kiamat nanti. Jika ada kekeliuaran kata atau kalimat, maka kami memohon maaf sebesar-besarnya. Wa shallallahu wa sallam ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alahi wa shahbihi.