Tuduhan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah Mengaku sebagai Nabi
DARS USTADZ LUQMAN BA’ABDUH HAFIZHAHULLAH 6 SHAFAR 1438 H/5 NOVEMBER 2016 M (MAGHRIB-ISYA’) DI MASJID MA’HAD AS SALAFY
Lagi…….,
Di antara sekian banyak tuduhan dusta terhadap Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah yaitu tuduhan bahwa Syaikh rahimahullah mengaku sebagai nabi.
Para pembaca yang budiman, begitulah kondisi ahlul batil jika sudah tidak mampu membantah ahlul haq secara ilmiah, maka hawa nafsunya akan menghilangkan rasa malunya untuk berucap dengan berbagai kedustaan yang menjijikkan. Hal ini mengingatkan kita dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam (artinya), “Sesungguhnya di antara ucapan kenabian yang pertama kali ditemui manusia adalah jika engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah semaumu.” (HR. al-Bukhari).
Bisa dipastikan bahwa tuduhan tersebut tidak benar adanya, hal ini bisa dilihat dari ucapan Syaikh rahimahullah dalam sebuah surat yang ditujukan kepada penduduk negeri Qasim yang disebutkan dalam kitab Majmu’ah Muallafat asy-Syaikh (artinya), “Aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah penutup para nabi dan para rasul. Tidak sah keimanan seorang hamba sampai dia beriman kepada kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan bersaksi atas kenabiannya”
Beliau rahimahullah berkata di kesempatan lainnya (artinya), “Rasul yang pertama adalah Nuh alaihissalam, dan penutup para rasul adalah Muhammad shallallahu alaihi wasallam”.
Beliau juga mengatakan dalam sebuah kitabnya pada bab Qitalu Ahlir Riddah (artinya), “Bangsa arab berbeda-beda bentuk kemurtadannya (ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam meninggal, pen). Sebagian kelompok murtad dengan kembali pada peribadatan terhadap berhala, mereka berkata “Jika dia (Muhammad shallallahu alaihi wasallam) adalah nabi tentu tidak akan mati”. Kelompok lainnya mengatakan “Kami beriman kepada Allah subhanahu wata’ala, tapi kami tidak (mengimani kewajiban, pen) shalat”. Juga suatu kelompok yang mengakui islam, mereka mendirikan shalat, namun tidak mau menunaikan zakt. Kelompok lainnya lagi bersaksi bahwa Laa Ilaha Illallah Wa Anna Muhammad Rasulullah akan tetapi mereka percaya bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdampingan dengan Musailamah al-Kadzab dalam kenabian, juga suatu kaum dari negeri Yaman yang mempercayai Aswad al-Ansi atas pengakuannya sebagai nabi, begitu juga suatu kaum yang percaya bahwa Thulaihah al-Asadi adalah nabi.
Tidak ada satu pun dari kalangan sahabat yang ragu atas kafirnya kelompok-kelompok tersebut di atas dan wajibnya memerangi mereka, kecuali atas kafirnya orang-orang yang tidak mau membayar zakat”.
Hal ini tentu jauh berbeda dengan orang-orang liberal yang mengatakan “Sampai saat ini, pengakuan sebagai nabi masih terbuka lebar”.
Bahkan dalam kesempatan lain Syaikh rahimahullah berkata tentang al-Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi setelah menyebutkan kebaikan-kebaikannya (artinya), ” Semua ulama telah bersepakat atas kufurnya al-Mukhtar karena klaimnya sebagai nabi baru, meskipun ia menegakkan syiar-syiar islam”.
Beliau juga menyebutkan (artinya), “Hak Nabi shallallahu alaihi wasallam yang paling besar atasmu yaitu persaksianmu bahwa beliau adalah rasulullah, dan penutup para nabi. Ketahuilah jika engkau mengangkat kedudukan seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam pada kedudukan nubuwah, kau menjadi kafir karenanya”.
Dari pemaparan di atas jelas bahwa Syaikh mengkafirkan orang yang mengaku nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, lalu mana mungkin Syaikh mengaku sebagai nabi?!