Kepulangan teman seperjuangan

Oleh Hasan Tamam Takhasus
Rabu, 09 Ramadhan 1442 H bertepatan tanggal 21 April 2021 M. Jam 09.30 pagi, sebuah rombongan terlihat berjalan dari depan kamar 4 Takhasus menuju taman alpukat ma’had. Rupanya ada seorang santri yang hendak pulang ke kampung halamannya setelah 7 tahun belajar di pesantren.
Sesampainya di parkiran, datanglah mobil panther hijau yang akan mengantar ke terminal Tawang Alun Jember. Kemudian teman-temanya segera membantu menaikkan barang-barangnya ke dalam mobil.
Setelah barang-barang dimasukkan, saudara kita masuk ke mobil sambil berpamitan kepada teman-teman yang mengantarnya. Dia duduk di bagian depan, di samping sopir. Senyumannya tertutupi masker yang dikenakannya. Setelah dia masuk mobil, ternyata ada tiga orang dari temannya yang ikut ‘nebeng’ (numpang) melepas kepergiannya sampai terminal. Dua orang di tengah dan satunya di belakang sendirian.
Menuju terminal Tawang Alun
Satu persatu paving jalan dilalui sampailah pada bibir gang pondok yang langsung menghubungkan dengan jalan raya. Terus dan terus roda mobil menggelinding cepat ke depan. Betapa teriknya siang ini, tak jarang mata ini terpaksa ‘menyipit’ karena mobil berada di arah lawan pantulan sinar matahari.
Sekitar 45 menit, mobil panther sampai di parkiran terminal. Teman kami turun kemudian mengambil tas gunungnya yang berukuran 80 liter beserta satu kardus sedang dibagian belakang mobil. Pintu mobil kembali ditutup, diapun pamitan dan berjalan menuju bus yang dituju.
Perjalanan pulang
Sang pengemudi menjalankan mobilnya keluar dari terminal. Selama perjalanan, pembicaraan kami berkutat pada kondisi yang sedang kami saksikan, yaitu kondisi masyarakat yang masih kurang serius dalam menjalankan protokol kesehatan yang diregulasikan oleh pemerintah Indonesia, seperti memakai masker.
Walaupun yang memakai masker sudah lumayan, tapi yang masih belum menggunakan masker lebih banyak lagi. Semoga Allah Ta’ala memberikan kita dan mereka hidayah-Nya untuk selalu menaati perintah waliyyul ‘amr pada kondisi susah maupaun senang.
Hikmah
Hiruk pikuk jalan sangat ramai, kami sangat bersyukur hidup di pondok yang terjaga akhlak dan iman. Tak terasa kami sudah sampai di gang pondok, tiba-tiba teman kita yang duduk sendirian di bagian belakang mobil menyeletuk: “Alhamdulillah, sudah setahun lebih ana gak keluar-keluar pondok, ternyata di pondok lebih enak dan nyaman. Setelah keluar ini, ana makin betah untuk tinggal di pondok.” Kurang lebih seperti itulah pesan ringkas dari kawan kita yang berasal dari sumatra utara.
Ya, betul sekali apa yang dia ucapkan, hidup di lingkungan yang penuh diwarnai dengan ilmu terasa sejuk dan nyaman. Di luar sana, para manusia sibuk dengan dunianya, padahal apa yang mereka buru itu akan sirna bagaikan fatamorgana. Kecuali apa yang dimanfaatkan untuk mendekatakan diri kepada Allah Ta’ala. Sebagiamana hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاق
”Apa yang ada di sisi kalian akan sirna, sedangkan yang di sisi Allah adalah kekal.” (QS. An-Nahl: 96)
Khatimah
Semoga Allah Ta’ala memberkahi ilmu kami dan kalian, memberi taufik dan hidayah-Nya untuk selalu mengamalkan apa yang sudah dipelajari. Semoga Allah menjaga dan memberkahi Ma’had kami serta para pengajarnya yang sudah berusaha membimbing kami. Serta menjauhkan dari perkara yang akan memudhorotkannya. Amin
Bismillah. Afwan di paragraf pertama di bagian “Hikmah”, di akhir paragraf, kata ‘sumatera utara’ seharusnya menggunakan huruf awalan kapital.
Baik, terima kasih atas masukan dan koreksinya.
Jazakumullahukhaira