Perkemahan ‘Pemuda IV’, Menjaga Ukhuwah, Menguatkan Mahabbah

Perkemahan Pemuda

 

Oleh Tim Jurnalistik MTP

 

Kamis sore, 28 Dzulhijjah 1443 H agaknya cukup berbeda bagi anak-anak peserta didik Madrasah Tahfizh Terpadu (MTP) Minhajul Atsar. Mereka berlarian, bersenang-senang, bersuka cita untuk mengikuti acara bersama di lapangan kavling Ma’had 2. Nampak di wajah mereka antusiasme.

Selepas salat asar, ditemani oleh orang tua atau berjalan sendiri, anak-anak mulai datang ke lokasi dengan wajah gembira. Betapa melihat mereka begitu senang, seakan membawa kita pada kenangan masa kecil yang gembira dan riang.

 

Sejak pagi, melalui pengumuman resmi dari pihak sekolah, rencana kegiatan telah dipublikasikan. Anak-anak pun mulai mendaftarkan diri mereka untuk ikut acara ini. Semangat anak-anak untuk hadir seakan menggambarkan sesuatu: mereka rindu mengikuti kegiatan bersama yang seru dan positif, di sela-sela kegiatan belajar harian yang cukup aktif. Ah, masa kanak-kanak memanglah indah.

Beberapa tahun sebelumnya, acara semisal juga beberapa kali pernah diadakan. Kebun Pinus Garahan, Jember dan Pantai Pasir Putih, Situbondo merupakan dua tempat di mana kegiatan semisal ini pernah diadakan. Lalu kegiatan apakah itu?

 

Pemuda IV

Pemuda IV. Itulah nama kegiatan bersama kali ini. Sulit rasanya mengingat kapan terakhir kali acara ini diadakan. Mungkin 3 atau 4 tahun silam.

Penomoran IV pada kegiatan ini pun hanya sebatas terkaan, dengan asumsi bahwa kegiatan sebelumnya adalah Pemuda III.

Lokasi Perkemahan Pemuda IV

Jika pembaca bertanya, apa itu Pemuda? Melalui poster resmi dari panitia, kita bisa tahu bahwa Pemuda memiliki kepanjangan: Perkemahan Mujahidin Dai-Dai At-Tauhid. Sebagai bentuk harapan dan doa, jatuhlah pilihan pada nama dan maksud tersebut, agar Allah menjadikan anak-anak itu sebagai mujahidin dalam dakwah tauhid.

Dalam salah satu rangkaian kegiatan Pemuda IV, sesi tausiah bersama Al Ustadz Ruwaifi hafizhahullah selepas magribnya, para peserta mendapat faedah bahwa mujahidin bukan hanya sebatas pada mereka yang mengangkat senjata di medan perang. Tapi juga mereka yang berjihad melawan hawa nafsu, kemalasan, dan bisikan buruk setan di dalam jiwa.

 

Pemuda, Kegiatan Penuh Suka Cita

 

Kira-kira pukul 16.00 WIB sesuai janji, anak-anak sudah berkumpul di lokasi. Mereka bergabung bersama teman-teman lainnya di bawah tenda komando milik Bapak Kolonel Agus yang sengaja panitia pinjam untuk kegiatan ini. Masing-masing sudah membawa barang bawaan sendiri. Mangkok, air minum, snack, layangan, raket bulu tangkis, dan lain sebagainya.

Ketika para peserta telah berkumpul, acara pun segera mulai. Tergambar jelas wajah-wajah semringah yang penuh semangat. Wajah-wajah yang menunggu sembari mendengar pembacaan susunan acara, dan penjelasan tata tertib kegiatan.

Setelah usai pembacaan susunan acara dan tata tertib, waktu yang masih cukup menjelang magrib diisi dengan kegiatan permainan. Keseruan pun mulai terasa. Sorak-sorai bergema. Sukacita membahana. Anak-anak tampak riang gembira.

Persiapan Lokasi Pra Kegiatan, Penyiraman Agar Tidak Berdebu

Bermain Gelombang Sarung

Permainan pertama, gelombang sarung namanya. Dengan berjejer membentuk formasi huruf U, anak-anak menyelesaikan tantangan untuk memindahkan satu sarung yang dikalungkan di badan mereka, dimulai dari orang pertama hingga orang terakhir dengan cara estafet menggunakan tangan.

Mulanya, sarung ditaruh di bawah badan, lalu dikeluarkan melalui kepala. Berlanjut dengan memasukkannya kepada teman di sebelahnya lalu dikeluarkan melalui bawah kaki. Begitu seterusnya hingga anggota akhir dari kelompok. Mereka yang lebih dulu menyelesaikan estafet ini, dialah yang tercepat dan dialah pemenangnya.

 

Dua regu pertama yang terlibat dalam permainan ini adalah anak-anak kelas 5 dan kelas 6. Dengan usaha, kecepatan, dan kekompakan; masing-masing berusaha menjadi yang tercepat. Menasbihkan kelompoknya menjadi yang terkuat.

Setelah melalui rangkaian percobaan dan latihan, sirine pertanda start dibunyikan. Pemain dan para penonton bersorak-sorak, menambah suasana kegiatan menjadi semakin ramai. Satu persatu anggota regu memainkan perannya. Gelombang sarung berpindah dengan cepat, masing-masing melakukan berbagai usaha agar ia tidak terhambat atau melambat.

Seiring berjalannya waktu, permainan menjadi semakin seru. Tangan-tangan dan gerakan para pemain semakin terampil. Ketika gelombang sarung hampir mencapai orang terakhir, permainan semakin sengit. Adu kecepatan ini hampir membuahkan hasilnya. Hingga akhirnya, sorak kemenangan berkumandang. Sebuah hasil yang menyenangkan. Regu kelas 6-lah yang menjadi pemenang.

Sementara itu, tampak ada raut kecewa pada wajah anak-anak kelas 5. Namun, mereka pun tetap senang. Tak menjadi yang tercepat pun tak mengapa. Mereka cukup puas, walau target kemenangan terlepas.

 

Berurutan setelahnya permainan berlanjut dengan grup dari anak-anak kelas 4 mengadu tangkas dengan anak-anak kelas 3. Lalu anak-anak kelas 2 menjajal kemampuan anak-anak kelas 1.

Di akhir permainan, kelas 4 dan kelas 2 berhasil keluar sebagai pemenang. Mereka gembira. Bahkan sekalipun mereka yang kalah, hasil ini tak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan kegiatan. Semua senang, semua gembira. Yang menang bahagia, yang tak berhasil pun tak mengapa.

 

Gunting Batu Kertas

Gelaran kegiatan permainan terus berlanjut. Kali ini bernama GBK (Gunting Batu Kertas). Cara mainnya sederhana: masing-masing regu mendapat kertas bergambar gunting, batu, dan kertas. Setiap rondenya, perwakilan dari setiap regu mengeluarkan kertas pilihan mereka untuk beradu dengan kertas pilihan regu lawannya. Seperti aturan pingsut yang sudah jamak, gunting menang melawan kertas, kertas bisa membungkus mengalahkan batu, dan batu tidak akan kalah kena gunting.

Pada permainan ini, kelas 6 dan kelas 5 berhadapan kembali. Pun dengan kelas 4 dan kelas 3. Melalui proses yang seru dan mendebarkan, regu dari kelas 6 dan kelas 4 berhasil menjadi pemenang. Sebagai pelengkap, di awal permainan diadakan duel pingsut 1 lawan 1 di hadapan para pemain dan penonton, sebagai pembuka permainan ini.

 

Sejak Belia, Terdidik Salat Pada Waktunya

Hari pun hendak magrib. Langit perlahan menjadi gelap. Sang surya akan tenggelam. Dan malam datang menjelang.

Para panitia lantas mengajak anak-anak bersiap untuk mengerjakan salat magrib, menghadap kepada Rabb semesta alam, tunduk dalam ibadah kepada-Nya.

Saat azan magrib berkumandang, bergegas anak-anak mengambil air wudu. Mereka pun bersama para guru berjalan ke musala al-Ihsan, hendak mengerjakan salat magrib berjamaah. Setelah salat, zikir, dan salat sunah; anak-anak kembali ke lokasi acara untuk melanjutkan kegiatan berikutnya. Tausiah singkat, bersama mudir Madrasah Tahfizh Terpadu, yaitu al-Ustadz Ruwaifi hafizhahullah.

 

Suasana Kemah di Malam Hari

Setelah berkumpul dan beberapa waktu menunggu, al-Ustadz Ruwaifi datang. Tausiah pun mulai. Di antara yang beliau sampaikan adalah, agar anak-anak belajar dan membiasakan diri menetapi hal yang baik, akhlak yang terpuji, dan lebih giat belajar. Beliau juga menyisipkan materi agar kita sebagai umat Islam banyak berselawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, utamanya ketika nama beliau disebut atau pada hari Jumat. Yang demikian itu merupakan bimbingan syariat.

Saat waktu isya akan datang, tausiah pun berakhir. Anak-anak akan berangkat kembali ke musala al-Ihsan untuk menunaikan salat isya berjemaah. Bertindak sebagai imam, adalah Ustadz Abdullah yang berasal dari kota Solo. Beliau adalah wali kelas 6.


Baca Juga: Nikmatnya Menuntut Ilmu di Masa Muda


Bola-Bola Daging

Tenda acara kembali ramai oleh kedatangan anak-anak selepas isya. Acara yang akan menanti mereka adalah makan olahan bakso daging yang lezat. Mangkok yang telah mereka siapkan seakan menanti untuk dipenuhi.

Saat hidangan bakso telah siap, bergiliran anak-anak mulai dari kelas 1 mengantre untuk memperoleh jatah makanan. Sambil menunggu, kelas lainnya yang tidak sedang mengantre kembali melanjutkan acara berupa tanya jawab dan tebak gambar. Sebagian mereka sudah siap menyantap malam, sebagian lagi ada yang masih asyik mengikuti permainan.

Bakso Pemuda IV

Bakso Pemuda IV

Maka inilah yang ditunggu, bola-bola daging dengan kuah dan taburan bawang sudah siap disantap, menunggu untuk dimakan dengan lahap.

Campuran mi dan sambalnya cukup menggiurkan, kuah kaldunya pun menggugah lidah yang merasakan. Betapa dinginnya malam berpadu dengan hangatnya bakso malam itu. Sungguh nikmat Allah yang patut kita syukuri.

Malam itu ternyata juga ada asap-asap membumbung. Bau bakaran menyeruak dari sana. Oh terasa pula nikmatnya.

Ternyata panitia juga menyiapkan cilok bakar lengkap dengan bumbu kecapnya sebagai menu tambahan. Bagi mereka yang telah selesai menyantap bakso, akan mendapatkan dua tusuk cilok bakar yang lezat, masing-masing tusuknya berisi empat butir cilok.

 

Cilok Pemuda IV

Lengkap kesenangan anak-anak di malam hari itu. Sambil menunggu bagiannya, anak-anak melihat proses pembakaran cilok di atas arang-arang api. Pada akhirnya, alhamdulillah semua mendapat bagian dan ikut menikmatinya.

Kini, giliran para pengampu acara dan panitia serta para guru yang akan menyantap hidangan makan malam. Semangkuk bakso beserta potongan-potongan tulang berbalut daging sapi pun terhidang.

 

Stiker Kenangan

Tak terasa waktu telah melewati pukul 20.00 WIB. Anak-anak merapikan kembali barang bawaan mereka untuk bersiap pulang. Sebelum acara usai, panitia memperdengarkan rekaman kisah Nabi Musa dan Samiri, juga suara murattal Al-Qur’an salah seorang murid MTP Minhajul Atsar.

Di penghujung acara, anak-anak memperoleh cendera mata berupa stiker tempel kegiatan Pemuda IV. Semoga menjadi kenangan dan kisah mereka. Setelah itu, kegiatan terakhir, bersih-bersih acara dari sampah dan kotoran. Anak-anak berkumpul untuk mengumpulkan sampah plastik lalu membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.

Praktis setelah itu, acara benar-benar usai dan anak-anak kembali pulang ke rumah dengan riang. Acara pun telah resmi ditutup panitia. Semoga anak-anak pulang dalam keadaan bahagia, menyisakan semangat untuk aktivitas belajar mereka di hari-hari berikutnya.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

 

Demikianlah reportase kegiatan Pemuda IV. Kendala dan kekurangan pasti ada. Acara ini tidak berjalan sempurna. Itu sudah pasti.

Namun jika melihat  anak-anak setelah acara ini, kita bisa melihat bahwa mereka bahagia, senang, dan riang.

Bahkan sebagian mereka ada yang cemas jika tidak bisa mengikuti kegiatan semisal di waktu yang akan datang. Sebabnya, mereka akan tiba di jenjang belajar berikutnya, yaitu Tahfizh. Mereka akan tinggal di pondok pesantren.

 

Asa Kami Teruntuk Kalian

Apa pun itu, semoga kalian tetap semangat, anak-anak! Perjalanan masa depan membentang di hadapan. Masa kecil kalian pantas diisi kesenangan dan permainan, asal itu positif dan bermanfaat. Namun kalian juga perlu belajar, agar memiliki bekal ilmu agama yang kalian butuhkan.

Akhirul kalam, semoga acara seperti ini bisa kembali terlaksana di waktu mendatang dengan lebih baik, lebih siap, lebih asyik, dan lebih lengkap.

 

Doa kami menyertai kalian wahai anak-anak. Seperti harapan pada judul acara ini, kami berdoa agar kelak kalian semua menjadi pejuang dakwah tauhid. Pun kami doakan agar menjadi insan dengan budi pekerti yang terpuji, berguna dengan ilmunya untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan negara.

Semoga kalian menjadi golongan yang akan Allah naungi di Hari Kiamat kelak, yang kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

سَبْعَةٌ ‌يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ _وذَكَرَ مِنْها_: وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ

“Tujuh golongan yang akan Allah naungi, di hari saat tiada naungan kecuali naungan-Nya -beliau menyebutkan di antaranya:- Pemuda yang tumbuh kembang dalam ibadah kepada Rabbnya.” (Muttafaqun Alaihi)

 

Kami ucapkan pula banyak-banyak permohonan maaf jika dalam acara ini ada kesalahan atau kekhilafan. Juga kami hatur-kan banyak-banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah ikut andil dalam terselenggaranya acara ini. Semua yang ikut mendirikan tenda kegiatan, menyirami lapangan agar tidak berdebu, menyiapkan sarana prasarana dan seluruh perlengkapan penunjang.

Teruntuk seluruh orang tua, kami juga mengucapkan terima kasih telah mendukung acara ini, menyiapkan segala kebutuhan anak-anaknya, serta memberikan mereka support dan bimbingan. Semoga besar pahala kalian, tak surut doa-doa baik kalian, dan tak berhenti mendidik anak-anak dengan cinta dan sayang.

Jazakumullahu khairan katsiran. Semoga Allah subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga dan memberi keistikamahan kepada kita dalam agama ini.


Artikel Kami: Menyayangi Buah Hati, Ciri Utama Pendidikan Islami


 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.