Santri itu seperti….

Oleh Rasyid Ghani Banyuwangi Tahfizh Mutawassith

 

Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, hari berganti hari, pekan berganti pekan, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, berakhirlah masa-masa indah dengan keluarga, masa-masa yang penuh di dalamnya lautan hangat kasih sayang orang tua. Kini telah berganti dengan lantunan-lantunan Al-Qur’an merdu. Tergantikan dengan catatan-catatan hadis nan indah tuk di pandang. Tersibukkan dengan qalallah (Allah berfirman), qalar-rasul (Rasulullah bersabda), qalash-shahabah (sahabat Nabi berkata), qalal-ulama (Ulama menjelaskan). Itulah kenikamatan tersendiri bagi santri sejati.

Santri indentiknya yang paling tepat adalah para penuntut ilmu syar’i. Santri sejati umumnya adalah orang yang tidak akan pernah lepas dari koridor Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Santri sejati itu bukan orang yang tidak pernah berbuat salah. Walaupun ia berbuat kesalahan maka ia pun akan bertaubat dan kembali kepada kebenaran.

Santri sejati bukanlah orang yang tak pernah terlepas dari ujian dan cobaan. Walaupun ia mendapatkan yang demikian, maka ia pun akan bersabar dan meminta pertolongan hanya kepada Allah ta’ala saja.

Santri sejati bukanlah ia yang tidak pernah merasakan manisnya kebahagiaan. Bahkan kebahagiaan yang mereka miliki bisa jadi lebih baik dan sempurna dari pada orang-orang yang memiliki harta yang sangat banyak.

Siapa bilang santri itu lemah, malas, kumuh, dan jorok. Bahkan santri sejati itu adalah orang yang kuat hati maupun fisiknya. Orang yang bersemangat dalam menghafal, memoroja’ah (mengulang), menulis serta mengamalkan ilmu-ilmu yang telah mereka dapatkan.

Masalah hal kebersihan dan kerapian mungkin sebagian orang menilai bahwa santri itu adalah orang yang jorok dan kumuh ataupun lusuh. Padahal kami dilatih dan diajari untuk berpakaian rapi dan bersih.

Itulah santri sejati. Dia tidak penah merasa takut untuk dicela ataupun dijatuhkan, walaupun ada orang yang mencela atau menjatuhkannya. Bisa jadi orang tersebut belum tahu hakekat sebenarnya yang dimiliki oleh santri sejati.

Kebahagiaan dunia dan akhirat itulah yang bisa diletakkan dalam diri sang penuntut ilmu yang tangguh yang tidak pernah berputus asa.

Kawan..

Janganlah engkau berfikir jelek terhadap santri sang penuntut ilmu syar’i karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana yang di riwayatkan oleh imam Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat yang mulia Muawiyah bin Abi Sufyan, beliau bersabda:

«مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ»

“Barang siapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, niscaya akan Allah fahamkan dia terhadap agamanya.”

Cobalah engkau berfikir sejenak… pantaskah engkau menjelek-jelekkan seseorang yang diinginkan oleh Allah kebaikan darinya. Ingatlah… mereka itu adalah orang-orang yang istimewa, orang-orang yang selalu diletakkan kepada mereka sayap-sayap para malaikat.

Cobalah perhatikan…

Makhluk yang tidak pernah melanggar perintah-perintah Allah itu meletakkan sayap-sayap mereka pada seseorang yang mempelajari ilmu syar’i. Sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Imam Ahmad, at Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari sahabat yang mulia Abu Darda’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ

                “Sesugguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka kepada para penuntut ilmu.”

Di sini al Imam al Khatthabi rahimahullah menyebutkan tiga pendapat ketika menjelaskan makna dari kalimat ’malaikat meletakkan sayap-sayap mereka’

  1. Malaikat membentangkan sayapnya
  2. Malaikat merendahkan diri dalam rangka menghormati penuntut ilmu
  3. Malaikat turun dari majlis ilmu dan berhenti dari terbang

Demikian sedikit dari banyaknya keutamaan bagi sang penuntut ilmu syar’i.

Kawan…

Ilmu itu bagaikan cahaya bagi pemiliknya, ia akan mengantarkan pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah. Dan pemiliknya akan mengetahui mana yang al haq (kebenaran) dan kebatilan (kejelekan). Dan sepantasnya bagi seorang mukmin yang cerdas, jika dia mengetahui kebenaran, maka ia akan berusaha untuk mengamalkannya. Dan sebaliknya jika ia mengetahui kebatilan, maka ia pun akan menjauhkannya dan meninggalkannya serta tidak mengamalkannya.

Kawan…

Menuntut ilmu adalah kewajiban atas semua kaum muslim. Muda maupun tua pria maupun wanita. Semuanya diwajibkan untuk menuntut ilmu. Sebagaimana yang disebutkan dari hadits,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

menuntut ilmu hukumnya wajib atas setiap muslim.”[HR. Ibnu Majah]

Maka di sini kepada engkau, aku menyeru dengan nama Allah yang maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kepada engkau yang masih memiliki umur yang muda, maka manfaatkanlah kenikmatan tersebut, sungguh kesempatan emas telah ada di depan mata. Janganlah engkau sia-siakan. Sungguh celaka bagi siapa yang menya-nyiakannya. Bersegeralah tuk menuju jalan thalabul ilmu (menuntut ilmu) ini. sungguh tidak ada kata penyesalan kecuali hanya di akhir dan di sini kepada engkau aku juga menyeru dengan nama Allah yang mengetahui dan maha Perkasa. Kepada engkau yang telah melewati masa-masa emasmu, maka janganlah engkau meresa lemah.

Janganlah engkau merasa terlambat tidak ada kata terlambat untukmu, selagi ruh masih dikandung badan terslah bersemangat. Karena sesungguhnya ilmu itu tidak memandang yang tua maupun yang muda.

Di saat aku mencoba tuk merenungi….

Aku sadar….

Bahwa tidak ada kenikmatan yang lebih berharga kecuali nikmat hidayah dan thalabul ilmi….

Thalabul ilmi yang penuh suka dan duka….

Thalabul ilmi yang penuh persaudaraan….

Persaudaraan yang dibangun di atas ketaatan kepada Allah….

Dari sinilah aku mengetahui arti kebersamaan….

Kebersamaan yang akan menjadi kenangan yang takkan terlupakan….

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.