UAS Takhasus, Miniatur Ujian Kehidupan
Oleh Tim Jurnalistik Santri
Jarum jam menunjukkan pukul 06:15, berarti lima belas menit lagi UAS akan dimulai. Di bagian depan masjid, dua meja dengan perlak hijau telah berjajar rapi. Beberapa map berisikan lembar-lembar soal untuk berbagai kelas terlihat memenuhi di atasnya. Bersama clipboard dan berbagai perlengkapan ujian lainnya. Tiga atau empat panitia masih mondar-mandir di sekitar meja, memastikan semua kebutuhan ujian benar-benar siap.
Salah seorang panitia meraih mik, lalu mengumumkan akan segera dimulainya UAS, memberi kalimat pembuka, dan membacakan beberapa peraturan terkait dengan UAS saat berlangsung nanti. Sedangkan peserta, tetap sibuk dengan kitabnya masing-masing, mereka masih mendapat kesempatan untuk membuka kitab atau catatan.
Kecemasan mulai terlihat pada raut wajah peserta, harap-harap takut. Terlebih ketika panitia selesai membacakan peraturan ujian. Tak lebih dari sepuluh menit lagi, ujian akan segera mulai.
Panitia mulai membagikan lembar soal kepada peserta yang masih dibiarkan membaca kitab atau catatan mereka. Soal dibagikan namun masih belum boleh dibuka hingga ada aba-aba dari panitia nanti.
Baca Juga: UAS Genap Takhasus, Waktunya Kejar Prestasi
UAS Takhasus, Miniatur Ujian Kehidupan
Usai membagikan soal, panitia langsung mengumumkan melalui mikrofon, bahwa peserta ujian sudah tidak boleh lagi membuka kitab dan buku catatannya. “Kami umumkan kepada seluruh peserta ujian agar menyingkirkan kitab dan catatannya dari meja karena sesaat lagi ujian akan segera kita mulai. Demikian, atas perhatiannya kami ucapkan jazakumullahu khairon wa barakallahu fikum.”
Sontak seluruh peserta menutup kitab-kitab mereka, dan menaruhnya di samping tempat mereka duduk. Atmosfer ketegangan mulai terasa di langit-langit masjid Ali bin Abi Thalib. Seluruh peserta telah menutup buku, kini di depan mereka hanya meja dan lembar soal yang masih terbalik, dan waktu mengerjakan soal semakin dekat.
Sebagian peserta masih komat-kamit mengingat beberapa maklumat yang telah mereka hafalkan tadi. Sebagian terlihat tegap siap menghadapi tantangan hebat. Ada pula yang menggabungkan kedua telapaknya dan menengadah kepada Allah, memohon pertolongan dan bantuan.
Ya, ujian akhir semester adalah miniatur ujian kehidupan yang sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan dari Allah.
Sebagai miniatur ujian kehidupan, UAS mengajari santri sifat-sifat jujur, sportif, disiplin, dan karakter terpuji lainnya. Di samping juga mendidik mereka untuk terbiasa menghadapi persoalan dengan rapi, sistematis, dan berurutan.
Benarlah apa yang ditulis panitia pada poster pengumuman UAS kali ini, ‘Ujian adalah miniatur kehidupan.’ Ya, apa yang kita rasakan saat ujian ini, dan usaha yang kita jalani padanya, adalah gambaran kecil dari apa yang kita hadapi di dunia nyata.
Waktunya Mengerjakan Soal
Suasana tegang masih membungkus. Para peserta terlihat begitu antusias namun juga cemas menunggu waktu pengerjaan soal. Tepat saat waktu menunjukkan pukul 06:30, panitia memberikan aba-aba mulainya ujian dan mempersilahkan peserta untuk mulai mengerjakan soal.
Walhamdulillah. Sinergi dari panitia, asatidzah dan peran para peserta berhasil menjadikan ujian ini berjalan lancar tepat pada waktunya, biidznillah. Peran asatidzah selalu yang terdepan sebagai pengawal santri menuju ujian ini. Berikutnya panitia yang tak tanggung-tanggung meluangkan tenaga, waktu dan pikiran demi terselenggarakannya ujian ini. Kemudian kepatuhan dan antusias peserta dalam mengikuti ujian yang tidak bisa diabaikan.
Peserta masih khusyuk mengerjakan soal. Tak ada yang terdengar di masjid, selain goresan pena dan suara kertas dibolak-balik. Waktu mengerjakan soal adalah 90 menit, berawal dari jam 06:30 sampai pukul 08:00. Adapun untuk sesi kedua, mulai dari pukul 09.00 sampai pukul 10.30.
Rangkaian UAS Genap Takhasus Telah Berakhir
Hingga akhirnya, hari ini tanggal 5 Ramadhan 1443 H / 7 April 2022 M semua rangkaian UAS telah berakhir. Tersisa penantian hasil yang akan tampak ketika pembagian rapor nanti. Pembagian rapor terjadwal pada tanggal 18 Ramadan 1443 H.
Semoga Allah memberi kita taufik untuk bisa selalu istikamah di atas jalan thalabul ilmi hingga berjumpa dengan-Nya. Amin.
Artikel Kami: Kunci Hidup Bahagia
Penulis: Mushab Klaten, Takhasus