Berbuat baik kepada sesama

 

Oleh Javar Malang 2A Takhasus

 

Pembaca rahimakumullah…

Ihsan artinya perbuatan baik, yaitu segala perkara yang dicintai Allah Ta’ala. Karenanya Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hambaNya agar selalu berbuat ihsan. Allah berfirman,

 

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan berbuatlah ihsan, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat ihsan.” (QS. al-Baqarah: 195)

Buah Perbuatan Ihsan, Dicintai Oleh Allah dan Para Makhluk

Apabila seseorang telah dicintai oleh Allah Ta’ala maka ia akan dicintai oleh seluruh penduduk langit dan bumi. Ini merupakan buah dari kecintaan Allah Ta’ala kepadanya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ العَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحْبِبْهُ، فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، فَيُنَادِي جِبْرِيلُ فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ فِي الأَرْضِ

“Apabila Allah mencintai seorang hamba, Ia menyeru Jibril dan berkata, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka Jibril pun mencintainya, kemudian menyeru kepada pendududk langit seraya mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Maka penduduk langit pun mencintainya. Lalu diletakkan penerimaan kepadanya pada penduduk bumi.” (HR. al-Bukhari no. 3209 di dalam Shahihnya)

 

Tentu yang mencintai mereka ialah orang-orang yang beriman, adapun kecintaan penduduk bumi secara mutlak maka ini merupakan perkara yang mustahil. Karena seseorang yang hidup di dunia ini sudah barang pasti memiliki kawan dan lawan. Para Nabi adalah orang-orang yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala, merekapun memiliki lawan dan musuh. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

 

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ

“Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa.” (QS. al-Furqan: 31)

 

Para ulama membagi perbuatan ihsan menjadi dua hal, perbuatan ihsan kepada Sang Pencipta dan  perbuatan ihsan kepada sesama. Bagaimana bentuk aplikasi dari dua hal tersebut. Simaklah pemaparan berikut.

 

Perbuatan Ihsan Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Perbuatan ihsan kepada Allah Ta’ala adalah dengan seorang meyakini dalam setiap gerak-geriknya bahwa ia seakan-akan melihat Allah, apabila ia tidak sanggup menghadirkan perasaan tersebut maka ia harus meyakini bahwa Allah Ta’ala melihatnya. Inilah yang dimaksud dengan ihsan kepada Allah Ta’ala. Ini pula makna dari muraqabatullah[1].

 

Amalan ini tidaklah muncul kecuali dari seseorang yang hatinya dipenuhi keimanan terhadap nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Ia beriman bahwa Allah Maha Melihat, yang mana pengelihatanNya tidak terhalangi oleh apapun, ia mengimani firman Allah Ta’ala:

 

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Baqarah: 233)

 

Ia beriman bahwasanya Allah adalah Dzat yang Maha Mendengar, tidak ada yang terluput dari pendengarannya baik suara yang keras maupun lirih. Tidak ada keraguan pada kalbunya sedikitpun tentang firman Allah Ta’ala:

 

إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

“Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Mujadilah: 1)

 

Ia  juga beriman bahwa Allah Dzat Maha Mengetahui, baik yang tampak dan tersembunyi dalam hati bahkan yang belum terbetik sama sekali, Allah sudah mengetahuinya. Ia juga tidak pernah ragu akan firmanNya:

 

وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى

“Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.” (QS. Thaha: 7)

Ia mengimani bahwasanya Allah memiliki para malaikat yang mencatat segala perbuatannya, baik besar maupun kecilnya. Sebagaimana firmanNya:

 

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)

 

Atas dasar keimanannya tersebut muncul pada dirinya sikap muraqabatullah yang mana dengannya ia berhati-hati dalam beramal maupun berucap. Ia selalu memikirkan terlebih dahulu segala amalan yang akan ia lakukan.

 

Ia terus-menerus mengevaluasi dirinya manakala ia terjatuh pada dosa, iapun lekas bangkit dengan meminta ampun kepada Allah Ta’ala. Karena ia merasa seakan dirinya berada di hadapan Allah Ta’ala, yang mana ia merasa malu apabila terdapat pada dirinya setumpuk cela.

 

Perbuatan Ihsan Terhadap Sesama Makhluk

Beranjak dari sebuah hadits yang mulia, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan perbuatan baik pada segala sesuatunya.” (HR. Muslim no. 1955)

 

Maka perbuatan ihsan hukumnya wajib pada semua hal. Seseorang diwajibkan berbuat ihsan dalam pergaulan dengan sesama manusia terlebih mereka orang-orang beriman. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Muslim no. 72)

 

Hadits di atas merupakan pokok dasar dalam pergaulan dengan sesama. Apabila masing-masing orang mengaplikasikan hal tersebut dalam pergaulannya dengan sesama tentu akan hilanglah permusuhan dan kebencian di antara mereka.

 

Tidak hanya sebatas itu, bahkan perbuatan ihsan juga diwajibkan dalam intraksi dengan orang-orang non muslim sekalipun. Selama mereka bukan termasuk orang-orang yang memerangi kaum muslimin secara fisik.

 

Oleh karenanya, seseorang tetap disyariatkan menyambung tali silaturrahim kepada orang tua atau kerabat yang non muslim. Selama semua hal tersebut masih dalam koridor interaksi duniawi. Adapun dalam permasalahan keyakinan, maka tidak ada toleransi padanya. Allah Ta’ala berfiman:

 

لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah: 8)

 

Perbuatan Ihsan Kepada Binatang

Perbuatan ihsan sejatinya tidak hanya diwajibkan pada sesama manusia, bahkan seseorang juga disyariatkan untuk berbuat ihsan kepada binatang. Oleh karena itu Rasulullah shallahu alaihi wasallam memerintahkan agar menajamkan pisau tatkala hendak menyembelih sehingga tidak menyakiti hewan sembelihannya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 

فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

“Apabila kalian hendak menyembelih, maka berbuat baiklah di dalamnya. Hendaknya kalian menajamkan pisaunya, dan menenangkan sesembelihannya.” (HR. Muslim no. 1955)

 

Rasulullah shallallahu aliahi wasallam teladan umat

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah teladan dan panutan seluruh manusia dalam permasalahan ihsan ini, baik perbuatan ihsan tersebut terhadap sang pencipta maupun terhadap sesama. Allah Ta’ala berfirman dalam ayatNya:

 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, serta banyak berdzikir mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab: 21)

 

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam perbuatan ihsan kepada Allah telah mencapai puncaknya. Beliau adalah orang yang paling takut kepada Allah Ta’ala dan yang paling bertaqwa kepadaNya. Sebagaimana sabda beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam,

 

أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ

“Demi Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertaqwa kepadaNya.”

Tidak sampai di situ, beliau juga merupakan orang yang paling baik pergaulannya dengan sesama. Allah hikayatkan tentang hal itu di dalam ayat-Nya,

 

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. at-Taubah: 128)

 

Di dalam ayat di atas sangatlah jelas bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam orang yang paling baik kepada umatnya. Tidak ada sekecilpun kebaikan kecuali telah beliau hasung umatnya untuk menjalankannya. Tidak ada sekecilpun kejelekan kecuali pasti telah beliau peringatkan umat darinya.

 

Rasulullah adalah orang yang teramat sayang terhadap umatnya, bahkan dalam hal harta dan dunia. Beliau bukanlah tipikal orang yang pelit. Beliau juga bukanlah orang yang takut miskin disebabkan sedekah yang beliau keluarkan. Tidaklah beliau dimintai sesuatu kecuali pasti beliau akan memberinya, hingga tidak tersisa di sisi beliau sedikitpun.

 

Rasulullah pernah memberi kambing kepada seorang pembesar kaum yang memenuhi dua bukit. Ketika orang tersebut kembali kepada kaumnya, iapun menyeru:

 

“Wahai kaumku, masuk islamlah kalian. Sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu pemberian seperti pemberian orang yang tidak takut miskin.”

 

Karenanya sepantasnya bagi seorang muslim meniru dan mencontoh baginda Rasulullah dalam hal ihsan ini. Hendaknya ia bersemangat untuk selalu berbuat ihsan semaksimal mungkin. Janganlah menganggap kecil kebaikan yang telah kita berikan kepada saudara kita, karena sekecil apapun kebaikan pasti ada ganjarannya. Allah berfirman:

 

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (QS. al-Humazah: 7)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

 

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engakau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun hanya sekedar berjumpa dengan saudaramu dengan wajah ceria.”

[1] merasa diawasi oleh Allah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.