Kedudukan Nabi Isa di Dalam Islam (Bag. 4)
Kisah Lahirnya Isa bin Maryam
Dan firman Allah:
وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ مَرۡيَمَ إِذِ ٱنتَبَذَتۡ مِنۡ أَهۡلِهَا مَكَانٗا شَرۡقِيّٗا ١٦ فَٱتَّخَذَتۡ مِن دُونِهِمۡ حِجَابٗا فَأَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرٗا سَوِيّٗا ١٧ قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّٗا ١٨ قَالَ إِنَّمَآ أَنَا۠ رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَٰمٗا زَكِيّٗا ١٩ قَالَتۡ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞ وَلَمۡ أَكُ بَغِيّٗا ٢٠ قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞۖ وَلِنَجۡعَلَهُۥٓ ءَايَةٗ لِّلنَّاسِ وَرَحۡمَةٗ مِّنَّاۚ وَكَانَ أَمۡرٗا مَّقۡضِيّٗا ٢١ فَحَمَلَتۡهُ فَٱنتَبَذَتۡ بِهِۦ مَكَانٗا قَصِيّٗا ٢٢ فَأَجَآءَهَا ٱلۡمَخَاضُ إِلَىٰ جِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ قَالَتۡ يَٰلَيۡتَنِي مِتُّ قَبۡلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسۡيٗا مَّنسِيّٗا ٢٣ فَنَادَىٰهَا مِن تَحۡتِهَآ أَلَّا تَحۡزَنِي قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيّٗا ٢٤ وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا ٢٥ فَكُلِي وَٱشۡرَبِي وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلۡبَشَرِ أَحَدٗا فَقُولِيٓ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمٗا فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّٗا ٢٦ فَأَتَتۡ بِهِۦ قَوۡمَهَا تَحۡمِلُهُۥۖ قَالُواْ يَٰمَرۡيَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَيۡـٔٗا فَرِيّٗا ٢٧ يَـٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٖ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيّٗا ٢٨ فَأَشَارَتۡ إِلَيۡهِۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيّٗا ٢٩ قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيّٗا ٣٠ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيّٗا ٣١ وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارٗا شَقِيّٗا ٣٢ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيّٗا ٣٣ ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ ٣٤ مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٖۖ سُبۡحَٰنَهُۥٓۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٣٥ وَإِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٞ ٣٦ فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡۖ فَوَيۡلٞ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن مَّشۡهَدِ يَوۡمٍ عَظِيمٍ ٣٧ أَسۡمِعۡ بِهِمۡ وَأَبۡصِرۡ يَوۡمَ يَأۡتُونَنَا لَٰكِنِ ٱلظَّـٰلِمُونَ ٱلۡيَوۡمَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ
“Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam al-Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, lalu ia membuat tirai (untuk menutup dirinya) dari mereka; maka Kami mengutus roh Kami (malaikat Jibril) kepadanya, ia menjelma di hadapan Maryam (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: ‘Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.’ Jibril berkata: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabb-mu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.’ Maryam berkata: ‘Bagaimana aku akan mempunyai seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina!’ Jibril berkata: ‘Demikianlah. Rabb-mu berfirman: ‘Hal itu sangat mudah bagi-Ku; dan agar Kami dapat menjadikannya sebagai sebuah tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan itu adalah perkara yang sudah diputuskan.’ Maka Maryam mengandung anak laki-laki tersebut, lalu ia bersama kandungannya mengasingkan diri ke tempat yang jauh. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma, dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari arah bawah: ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabb-mu telah memunculkan sebuah anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah olehmu pangkal pohon kurma itu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang matang kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’ Maryam pun membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sama sekali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu juga bukanlah seorang pezina’, maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak bayi yang masih di dalam ayunan?’ Berkata Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’ Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah’, maka jadilah ia. Sesungguhnya Allah adalah Rabb-ku dan Rabb-mu, maka kalian ibadahilah Dia. Ini adalah jalan yang lurus. Karenanya golongan-golongan di antara mereka berselisih. Maka kecelakaan bagi orang-orang kafir pada waktu disaksikannya hari yang besar. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.” (Maryam: 16-38)
Pada kisah yang benar lagi nyata ini terdapat penjelasan keadaan Maryam setelah Allah mengayominya dengan baik di bawah pemeliharaan nabi yang mulia tersebut. Setelah dia dikenal rajin ibadah, menjaga kesucian, dan kemuliaan, saat itulah tiba waktunya Allahl melaksanakan kehendak-Nya, yaitu terciptanya ‘Isa melalui metode yang Allah kabarkan:
“Maka Kami mengutus roh Kami kepadanya, ia menjelma di hadapan Maryam (dalam bentuk) manusia yang sempurna.” (Maryam: 17)
Dialah malaikat Jibril, ketika wanita yang suci ini memutuskan menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah, bahkan dia menutup diri dari manusia dalam rangka menjaga kehormatan dan kesuciannya, serta agar bisa fokus dalam ibadah. Tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang tampan lagi sempurna, di momen inilah ia buktikan penjagaan nama baik dan kesuciannya, ia berkata:
“Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Rabb Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.’.” (Maryam: 18)
Ucapan seperti ini tidak akan muncul melainkan dari hati seorang yang beriman, ia meminta perlindungan dan penjagaan kepada Allah saat keadaan genting nan berbahaya ini. Ia juga mengingatkan serta menakuti pria tersebut untuk bertakwa kepada Allah agar perkara yang dirinya khawatirkan tidak terjadi.
Akhirnya utusan yang mulia ini mengabarkan kepadanya sesuatu yang menghilangkan ketakutan serta membuat kalbunya tenang,
“Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Rabb-mu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci.” (Maryam: 19)
Maryam merasa hal tersebut mustahil,
“Maryam berkata: ‘Bagaimana aku akan mempunyai seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan pula seorang pezina!’.” (Maryam: 20)
Itu adalah metode yang lazim untuk menghasilkan anak. Maka utusan tersebut mengabarkan kepadanya,
“Demikianlah. Rabb-mu berfirman: ‘Hal itu sangat mudah bagi-Ku; dan agar Kami dapat menjadikannya sebagai sebuah tanda bagi manusia…” (Maryam: 21) dan seterusnya.
Menciptakan alam semesta beserta isinya sangatlah mudah bagi Allah, sebagaimana Allahl berfirman,
مَا خَلۡقُكُمۡ وَلَا بَعۡثُكُمۡ إِلَّا كَنَفۡسٖ وَٰحِدَةٍۚ
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja.” (Luqman: 28)
Kemudian Jibril meniupkan roh yang Allah utus kepada Maryam demi terlaksananya perkara yang agung ini, dalam rangka menunaikan perintah Allah. Maryam pun mengandung, dan dia pergi mengasingkan diri ke tempat nan jauh, lalu dia melahirkan. Saat itu mulailah ia menghadapi problem yang akan dialami oleh wanita baik-baik lagi terhormat yang mengalami kasus sepertinya, ia berangan-angan segera mati. Tiba-tiba datanglah sesuatu yang membuat ketakutan dan kekhawatirannya sirna,
“Maka Jibril menyerunya dari arah bawah: ‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabb-mu telah memunculkan sebuah anak sungai di bawahmu.’.” (Maryam: 24)
Sebuah tanda dan mukjizat yang menambah kepercayaan diri, rasa tenang, dan keimanan. Dimana Allah langsung yang akan membela, membersihkan, serta memuliakan dirinya, tugasnya hanyalah menunjuk ke anak tersebut yang akan membuat mereka terheran-heran,
“Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak bayi yang masih di dalam ayunan?’.” (Maryam: 29)
Maka bayi yang masih dalam ayunan nan dianggap sangat tidak mungkin berbicara ini mengejutkan mereka dengan sebuah mukjizat yang terang benderang,
“Berkata ‘Isa: ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’.” (Maryam: 30-33)
Sungguh ini semua adalah tanda yang agung di antara tanda-tanda kekuasaan Allah, mulai dari cara Maryam mengandung, melahirkan, dan pembersihan namanya, semua itu dalam keadaan ia masih perawan. Kemudian Allah menjelaskan betapa pentingnya diri ‘Isa dan kerasulan beliau yang akan mendasari semua tanda agung yang beliau bawa. Di antara cakupan kerasulan beliau yang agung ialah penjelasan bahwa beliau adalah hamba Allah. Dan Yang sangat mencengangkan adalah, bahwa perkara inilah yang pertama kali beliau ucapkan, setelahnya barulah beliau menyatakan kerasulannya,
“Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (Maryam: 30)
Lalu beliau menyebutkan pengaruh akan dakwah beliau,
“Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada.” (Maryam: 31)
Kemudian beliau menerangkan syariat yang dibawanya, demikian pula yang dibawa para rasul sebelum beliau,
“Dan Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup.” (Maryam: 31)
Lalu beliau menyebutkan budi pekertinya yang luhur, yaitu berbakti kepada orang tua. Dan Allah bersihkan beliau dari sifat orang-orang yang sombong lagi celaka,
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (Maryam: 32)
Kemudian setelah semua yang Allah sebutkan tentang ‘Isa dan ibunda beliau, Allah berfirman:
“Itulah Isa putra Maryam, dia mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (Maryam: 34)
Sesungguhnya ini adalah perkataan yang benar lagi nyata, yang mengucapkannya adalah Rabb Penguasa alam semesta, Yang Menciptakan ‘Isa demikian pula selainnya, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengerti terhadap segala sesuatu, baik yang kecil maupun yang besar dari seluruh keadaan alam dan keadaan manusia, termasuk ‘Isa. Sungguh Allah telah mengatakan sebuah kebenaran yang sedikit pun tidak ternodai dengan noda kebatilan, sebagaimana yang diucapkan oleh para ahli kebatilan dari golongan orang-orang yang berbantah dan berdebat tersebut. Allah mengatakan sebuah kenyataan yang dapat diterima oleh akal-akal yang lurus lagi mendapat petunjuk serta oleh fitrah yang sehat lagi selamat, demikian pula semua syariat ikut mengatakan hal yang sama, dan orang-orang beriman tunduk terhadapnya.
Seluruh kejadian yang dilaluinya tersebut, mulai dari peniupan roh oleh Jibril ke arah leher baju ibunya, kemudian ia mengandung, lalu Nabi ‘Isa lahir. Dan kesulitan serta kesempitan yang dihadapi ibunya, kemudian terbebasnya dia dari kesulitan itu dengan Allah jadikan bayinya dapat berbicara saat di gendongan, yang menunjukkan bersihnya dia dari satu sisi, dan juga menunjukkan bahwa Nabi ‘Isa adalah seorang hamba diantara hamba-hamba Allah, yang Allah pilih untuk mengemban tugas kenabian, kerasulan, dan diberikan sebuah kitab. Kemudian Allah membebankan kepadanya syariat-syariat yang agung, sebagaimana para nabi dan rasul sebelum beliau juga dibebankan syariat yang sama, yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berbakti kepada orang tua.
Seluruhnya adalah berita yang benar lagi nyata, dan dugaan serta sangkaan apapun yang menyelisihinya adalah kebatilan. Tuduhan dan tudingan yang disematkan kaum Yahudi kepada ‘Isa dan ibunda beliau adalah kebatilan. Demikian pula berbagai keyakinan yang dianut musuh kaum Yahudi dari golongan Nasrani bahwa ‘Isa adalah Allah, atau anak Allah, atau salah satu dari trinitas, adalah keyakinan yang batil, merupakan kesesatan yang besar, tidak bisa diterima akal, syariat, dan fitrah.
Yang benar adalah yang disebutkan Allah, Yang Menciptakan ‘Isa dan orang-orang terdahulu serta yang akan datang, Yang Menciptakan jin dan manusia untuk mengibadahi-Nya, Yang Memilih ‘Isa sebagai hamba dan rasul. Sebagaimana Allah memilih selain beliau untuk mengemban risalah kerasulan dan menyampaikannya kepada manusia, agar tercapai tujuan utama diciptakannya mereka, yaitu beribadah kepada-Nya semata dan mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya.
Dan sungguh Nabi ‘Isa telah menyampaikan risalah yang diembannya dengan sangat baik, itu adalah sebuah realita yang disaksikan oleh para ahli ibadah dari kalangan umat beliau yang patuh serta tunduk kepada Allah Penguasa semesta alam. Beliau adalah orang yang menyuarakan kebenaran dengan terang-terangan mulai sejak usia masih diayun, demikian pula di masa tuanya hingga Allah angkat beliau ke langit.
Inilah kedudukan nabi dan rasul Allah, ‘Isa bin Maryam, dari sudut pandang Islam dan pemeluknya, dan inilah yang benar. Selainnya adalah kedustaan dan kesesatan yang disaksikan oleh syariat, akal, dan fitrah.
Sama sekali Allah tidak mempunyai seorang anak, Maha Suci diri-Nya. Menisbatkan anak kepada-Nya adalah kekufuran dan kesesatan terbesar, karena itu adalah puncak pelecehan dan perendahan terhadap kemuliaan, keagungan, serta kekuasaan-Nya. Yang selain diri-Nya adalah makhluk yang tunduk terhadap kemuliaan dan keagungan-Nya, yang dibebankan tugas untuk beribadah kepada-Nya. Allah Maha Suci dan Maha Bersih dari memiliki anak. Oleh karenanya Allah berfirman kepada orang yang menisbatkan anak kepada-Nya:
لَّقَدۡ جِئۡتُمۡ شَيۡـًٔا إِدّٗا ٨٩ تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا ٩٠ أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدٗا ٩١ وَمَا يَنۢبَغِي لِلرَّحۡمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ٩٢ إِن كُلُّ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّآ ءَاتِي ٱلرَّحۡمَٰنِ عَبۡدٗا ٩٣ لَّقَدۡ أَحۡصَىٰهُمۡ وَعَدَّهُمۡ عَدّٗا ٩٤ وَكُلُّهُمۡ ءَاتِيهِ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَرۡدًا
“Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sebuah perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Dzat Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Dzat Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (Maryam: 89-95)
Allah juga berfirman:
قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ ١ ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ ٢ لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ ٣ وَلَمۡ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدُۢ
“Katakanlah: Dia lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (Al-Ikhlash: 1-4)
Allah berfirman tentang keadaan Nabi Muhammad:
وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗا ٤ مَّا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٖ وَلَا لِأٓبَآئِهِمۡۚ كَبُرَتۡ كَلِمَةٗ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٰهِهِمۡۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبٗا
“Dan dia (Muhammad) memperingatkan orang-orang yang berkata: ‘Allah mengangkat seorang anak.’ Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; tidaklah yang mereka katakan kecuali kedustaan.” (Al-Kahfi: 4-5)
Siapa saja yang mengatakan bahwa Allahl memiliki anak, maka dia telah berdusta. Apakah itu bangsa arab jahiliyah yang mengatakan bahwa malaikat adalah anak perempuan Allah, atau para penganut Budhisme dan Hindu yang mengklaimkan hal tersebut terhadap Budha dan Brahma, atau kaum Nasrani yang mendakwakan bahwa ‘Isa adalah anak Allah, atau Allah itu sendiri, atau salah satu dari trinitas. Semuanya adalah kebohongan dan kedustaan atas Allah.
Bahkan antar mereka saja saling mendustakan satu sama lain, satu kelompok tidak setuju dengan kelompok lainnya, maka menjadi semakin jelaslah kedustaan dan kebohongan tersebut dengan saling mendustakannya mereka satu sama lain, ditambah dengan pendustaan al-Quran, agama Islam, dan kaum muslimin terhadap mereka, ditambah lagi dengan pendustaan akal sehat serta fitrah yang bersih terhadap anggapan mereka yang batil.
Tersisalah kebenaran yang sangat jelas, yaitu apa yang Allah kabarkan di dalam kitab-Nya yang menakjubkan, tidak tersentuh kebatilan sedikit pun baik dari depan maupun dari belakangnya. Itulah kitab yang agung. Allah menantang seluruh jin dan manusia untuk membuat yang serupa dengannya, atau hanya sepuluh surat, atau satu surat saja. Dan sudah berlalu lebih dari empat belas abad, namun semuanya tidak sanggup melakukannya, bahkan sampai hari kiamat mereka tidak akan sanggup.
Bukti apa lagi yang lebih jelas dan lebih kuat dari ketidaksanggupan jin dan manusia untuk membuat yang serupa dangannya, padahal yang membawanya adalah seorang lelaki nan ummiy tidak bisa baca tulis. Maka dari itu, apa yang dikatakannya tentang ‘Isa adalah kebenaran yang tidak mengandung kebatilan sedikit pun.
=====
Diambil dari Karya Syaikh Rabi’ hafizhahullah dari Kitab Mauqiful Islam min ‘Isa bin Maryam diterjemahkan oleh Abdul Halim Perawang 4A Takhasus