Matahari Terbit di Kampung Laut

   Terkadang kisah lucu yang mengundang tawa muncul dari tingkah laku para muallaf. Setelah mendapatkan wejangan dan bimbingan tentang Agama Islam mereka pun bersyahadat, kemudian mandi. Pada saat masuk waktu shalat mereka pun hadir dalam barisan jamaah. Ternyata mereka betul-betul belum tahu tentang tata cara shalat. Sehingga ketika shalat pandangan mereka tidak lepas dari gerakan jamaah yang lain.

   Mereka ikuti semua gerakannya. Ketika sujud mereka pun ikut sujud, lalu ketika jamaah bangkit dari sujud. Sebagian mereka ikut bangkit namun sebagian lagi tetap dalam posisi sujud, maka salah satu muallaf yang bangkit dari sujud mencoba mengingatkan temannya yang tetap sujud. Sambil menedang–nendang dengan kakinya ia berkata (logat ngapak), “Kang, Kang, tangi! Kang, Kang, tangi! Liyane uwis padha menyat!” (Bangun! Bangun! Yang lain sudah berdiri).

   Tentu saja kejadian ini membuat jamaah yang ada di samping mereka harus menahan tawa karena sedang shalat. Seandainya tidak sedang shalat mungkin akan tertawa. Memang, mereka butuh bimbingan. Siapa yang ingin membantu mereka?

   Bimbingan terus menerus dilakukan. Hal ini memang dibutuhkan oleh para muallaf. Kebanyakan dari mereka belum mengetahui perkara-perkara mendasar dalam Islam, seperti Aqidah, Akhlaq, ataupun Fiqh. Sampai-sampai tata cara wudlu dan shalat pun banyak yang belum mengetahuinya. Buktinya, ada yang melaksanakan shalat sambil membaca buku tata cara shalat di tangannya.  Alhamdulillah saat ini, telah berjalan pengajian rutin untuk mereka selain khutbah dan shalat Jum’at.

   Semangat mereka dalam tholabul Ilmi mulai nampak, segaimana hal ini terlihat ketika diadakan pengajian, mereka antusias untuk hadir dalam acara tersebut sampai bisa memenuhi masjid  dan semangat ibu-ibu petani SelokJero dalam menimba ilmu Agama tidak kalah dengan para suaminya. Setiap hari Jum`at setelah selesai sholat Jumat mereka turun dari bukit-bukit berjalan kaki sambil membawa buku tulis dan pena menuju masjid untuk mengikuti pengajian rutin.

***

   Pada awalnya, banyak dari mereka yang tidak memggunakan kerudung. Namun sekarang, Alhamdulillah  mereka sudah terbiasa mengenakan pakaian muslimah yang lebar-lebar. Pak  Hasan Makarim salah seorang Tokoh MUI Cilacap ketika kunjungannya ke Kampung Laut dan melihat ibu-ibu petani Selokjero, merasa Takjub dengan semangat mereka dalam mengenakan pakaian muslimah bahkan merasa tidak percaya kalau yang dilihatnya itu adalah muallaf.  Bahkan pernah suatu ketika seorang da`i ponpes an Nur Al Atsary memberikan pengajian bagi ibu-ibu petani di Selokjero, ia  sempat kaget ketika salah seorang ibu–ibu petani sudah ada yang berani mengenakan pakaian hitam lengkap dengan cadarnya.

   Sekarang (2012) sebagian ibu-ibu petani belajar agama Islam secara rutin setiap ba’da shalat maghrib kepada seorang istri kader da`i yang ditempatkan di masjid Selokjero. Saat menjelang waktu maghrib  terlihatlah ibu-ibu petani tersebut turun dari pebukitan dengan mengenakan mukena putih dan membawa lampu obor menuju masjid. Mereka pun ikut mengerjakan shalat maghrib berjamaah, kemudian belajar hingga waktu shalat Isya. Setelah shalat Isya mereka kembali ke ke rumahnya masing-masing. Sebuah Pemandangan yang sudah sangat jarang ditemukan, ternyata tinggal di hutan pun tidak menghalangi  seseorang untuk menuntut ilmu agama.

***

   Alhamdulillah, kesadaran orang tua untuk menanamkan Ilmu agama Islam bagi anak-anak pun mulai muncul di hati masyarakat kampung laut. Saat ini, sebagian anak-anak petani mengikuti program belajar khusus bagi anak-anak yang diadakan di masjid Solok Jero dari pagi hari hingga sore hari, bahkan sekitar empat anak petani telah dikirimmkan ke Ponpes An Nur Al Atsary Ciamis untuk belajar Ilmu agama, dan beberapa Ahlu Sunnah di daerah lain segera menyambut berita gembira ini. mereka menyatakan kesedian untuk menanggung biaya anak-anak tersebut selama belajar di Pesantren.

   Pendidikan Agama Islam untuk putera puteri Kampung laut memang sangat penting. Merekalah yang akan menjadi penerus Dakwah Tauhid di kampung halamannya. Oleh karena itu kesempatan belajar harus dibuka lebar-lebar untuk mereka. Terlebih jika mengingat para misionaris Kristen yang gencar membuka program bea siswa bagi putera-puteri Kampung Laut untuk disekolahkan di lembaga-lembaga pendidikan mereka seperti Yos Sudarso, Akademi Maritim Nusantara, dan yang lainnya.